FAJAR.CO.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai saat ini dinilai belum mampu memperbaiki ekonomi di Indonesia dengan berkaca dari tiga persoalan yang dihadapi, yakni lapangan kerja sulit, harga kebutuhan pokok tinggi, dan daya beli masyarakat menurun.
“Saya kira itu tercermin dari laporan lembaga survei masalah dari masyarakat,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hanafi Rais, saat dikonfirmasi Jawapos.com, Sabtu (30/12/2017).
Menurut Hanafi, sejak pemerintah Kabinet Kerja dilantik, masyarakat langsung terkena dampaknya. Sebab, kebijakan ekonomi yang sifatnya subsidi langsung dicabut. Sehingga dampaknya langsung ke masyarakat kecil.
“Jadi ini impact-nya langsung ke masyarat. DPR banyak dapat aduan soal itu,” katanya.
Jika Jokowi tidak segera membenahi ekonomi di Indonesia, kata dia, bisa jadi akan ada gerakan populis akan muncul untuk melakukan aksi.
Dia mencontohkan gerakan populis Islam walaupun Jokowi sudah merangkul ulama, kiai dan ustad, tidak serta merta hilang. Bahkan, sampai ada aksi bertema alumni. Oleh sebab itu, masalah ekonomi perlu menjadi pekerjaan rumah di sisa jabatan Jokowi.
“Apabila pemerintahan Jokowi belum membenahi maka gelombang populisme akan muncul,” ungkapnya.
Dampaknya, tidak menutup kemungkinan masyarakat akan meninggalkan Jokowi dan memilih figur baru di Pilpres 2019 nanti. Jika ada tokoh yang berjanji mempunyai visi dan misi memperbaiki ekonomi dan mengsejahterakan rakyat, kemungkinan besar akan tertarik dan memilih meninggalkan Jokowi.
“Jadi kalau ada calon bisa menjawab (kondisi ekonomi). Maka itu bisa menjadi penantang Presiden Jokowi,” pungkasnya. (aim)