FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan aplikasi Toko Tani Indonesia (TTI) dalam bentuk digital atau e-commerce. Aplikasi ini dibuat sebagai respon dalam perkembangan ekonomi digital.
Aplikasi TTI yang dibuat dengan melibatkan petani, masyarakat, lembaga keuangan, dan perbankan ini adalah wujud transformasi pelayanan Kementan dalam memberikan layanan kepada masyarakat secara lebih luas, mudah dan murah.
“Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa TTI sudah begitu berkembang dan manfaatnya semakin bisa dirasakan masyarakat, untuk menyediakan bahan pokok di masyarakat. Kedua, ini dikhususkan untuk kalangan masyarakat menengah kebawah,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, di Toko Tani Indonesia Center (TTIC), Jakarta, Jumat (22/12).
Agung menambahkan, pengembangan TTI ini bertujuan untuk mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok yang strategis untuk dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM).
“Kita menyediakan pangan murah untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, contohnya beras medium. Bila Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium Rp 9.450, maka harga di TTI Rp 8.000. Tujuan kita untuk menstabilkan harga,” tuturnya.
Mengenai transaksi ini, TTI e-commerce menjual 11 bahan-bahan pokok. Selain untuk menstabilkan harga, penjualan ini juga untuk mengendalikan harga di tingkat konsumen saat hari besar seperti Natal dan Tahun Baru.
“Bila sudah di seluruh penjuru, tidak mungkin mengandalkan operasionalnya secara manual. Oleh karena itu, kita bangun namanya e-commerce. Tapi kita batasi dulu, ini adalah untuk pemesanan barang dari TTI kepada Gaptokan. Dan tentunya, TTI center ini sebagai bisnis center yang mengontrol apakah pesanan TTI sudah dikirim Gaptokan, apakah TTI sudah membayar kepada Gaptokan. Proses ini yang dilakukan secara elektronik,” jelasnya.
Dengan aplikasi yang dibuat Kementan ini, akan bisa dilihat:
(1) ketersediaan informasi stok di sisi Gapoktan dan TTl.
(2) kepastian pengiriman dan monitoring proses pengiriman
(3) jaminan kontinuitas pasokan
(4) minimalisasi biaya distribusi
(5) adanya kepastian harga dan stok yang dapat dibeli masyarakat
(6) informasi akses lokasi TTl terdekat bagi masyarakat.
Terkait pengantaran dari transaksi yang dilakukan, Agung menjelaskan bahwa pihaknya juga bekerja sama dengan perusahaan Go-Jek untuk distribusi ke tangan konsumen. “Kita membuat kontrak dengan Go-Jek. Jadi saling integrasi,” tegas Agung. (Fajar/JPC)