Ini Jurus Kemenkes Perkuat Health & Hygiene Destinasi Wisata

  • Bagikan

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ikutan running memperkuat health & hygiene di destinasi wisata. Caranya, via kompetisi kota sehat Swasti Saba Wistara. Kota/kabupaten terbaik nantinya akan diberikan penghargaan kota sehat Kemenkes pada 28 Desember 2017.

Penghargaan ini merupakan penghargaan terbaik kota sehat dengan kualifikasi penilaian tertinggi di delapan tatanan. Delapan tatanan itu, adalah lingkungan pendidikan sehat, parawisata sehat, perhubungan sehat, kehidupan sosial masyarakat, perkantoran, pangan, hutan, dan pertambangan sehat.

Nantinya, penghargaan ini akan diberikan Kemenkes kepada 20 kota/kabupaten sudah terverifikasi. Dan semuanya, akan dipantau dan dinilai secara ketat oleh Tim Verifikasi Kota/kabupaten Sehat Nasional yang terdiri dari Trisno Subarkah, Eko Budi Yunihasto, Retno Juli Siswantari, Dewi Minarni, Revi Rinda Nugraini, Widayanti Bandia, Yodi Mulyadi, dan Santi Laria.

Yang membuat happy, jumlah Kota atau Kabupaten yang mengikuti verifikasi pada tahun ini meningkat. Dari paparan Ketua Tim Verifikasi Kota Sehat dari Kemenkes, Trisno Subarkah, pada 2015 lalu, jumlah Kabupaten/Kota yang mengikuti verifikasi sebagai Kota Sehat berjumlah 140. Sedangkan tahun ini, meningkat menjadi 173 Kabupaten/Kota di Indonesia.

“Mudah-mudahan setelah diverifikasi dan mendapatkan penghargaan Swasti Saba Wistara, kota/kabupaten tersebut bisa mempertahankan. Dan yang lainnya berusaha untuk mendapatkan penghargaan itu juga,” ujar Trisno, Selasa (12/12).

Kabupaten/Kota Sehat yang masuk nominasi kategori Swastisaba Wistara yaitu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Kota Jakarta Pusat, Kota
Jakarta Selatan), Provinsi Jawa Barat (Kota Cimahi, Kabupaten Cirebon, Kota Sukabumi), Provinsi Jawa Timur (Kota Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, Kota Probolinggo), Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Gunungkidul, Kota Yogyakarta), Provinsi
Jawa Tengah (Kota Salatiga), Provinsi Kalimantan Selatan (Kota Banjar Baru), dan Provinsi Kalimantan Timur (Kota Bontang).

Kemudian Provinsi Sumatera Barat (Kota Padang Panjang, Kota Padang, Kota Payakumbuh), Provinsi Bali (Kabupaten Badung), Provinsi Sulawesi Utara (Kota Bitung, Kota Manado), dan Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar).

“Arahnya ke perbaikan health and hygiene. Kita masih sering melihat sampah yang berserakan di mana-mana, gunung, pantai, candi dan sebagainya. Saya berharap, kebiasaan buruk masyarakat kita ini berubah,” tutur Trisno.

Impact langsungnya, destinasi wisata akan makin bersih. Makin sehat. Makin nyaman dikunjungi wisatawan. “Pemda yang serius mewujudkan kebersihan daerahnya, otomatis destinasi wisata yang ada di dalamnya pasti turut dibersihkan. Ke depan tak boleh lagi ada sampah. Image sampah plastik kita terburuk kedua di dunia harus hilang,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga setuju dengan statemen Trisno. Unsur health & hygiene, menurutnya harus terus diperkuat. Indonesia tidak boleh cepat puas dengan rangking 108 health & hygiene The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017. Angka itu dinilai masih ada di level merah meskipun capaiannya sudah naik dari rangking 136.

“Kompetisi kota sehat Swasti Saba Wistara ini terobosan yang bagus. Semua lini bekerja dengan sistem menyeluruh di semua level dan
konsisten dengan ritme yang tinggi. Kalau semuanya care dengan health & hygiene, saya yakin di TTCI ranking kebersihan Indonesia bisa lebih bagus lagi. Saya ingatkan kembali agar masing-masing destinasi bisa selalu menjaga health and hygiene, agar bisa menarik wisman lebih banyak lagi,” ujar Menpar Arief Yahya. (*)

 

  • Bagikan