FAJAR.CO.ID – Biaya panen cabai jauh lebih mahal dari harganya di pasar. Sebelumnya dihargai Rp7 ribu di tingkat tengkulak, kini makin anjlok lagi menjadi Rp4 ribu.
Ketua Kelompok Tani Tumbuh Maju Waled, Kabupaten Cirebon, Maimun mengaku hampir seluruh harga komoditas sayur yang ditanam para petani di Kecamatan Waled anjlok.
“Kami juga bingung. Padahal, saat ini musim kemarau, biasanya harga-harga mahal karena ongkos dan biaya tanam naik. Ini malah turun serta cenderung tidak laku,” ungkapnya kemarin (11/9/2017).
Dia mencontohkan, harga cabai hijau besar di tingkat petani yang saat ini dibeli tengkulak hanya Rp 4 ribu per kilogram. Harga itu tidak sebanding dengan ongkos biaya petik harian yang saat ini mencapai Rp 35 ribu.
“Biasanya kalau sehari itu, kami membayar orang Rp 35 ribu. Maksimal paling dapat cabai 7 kilogram. Jika dikali Rp 4 ribu, paling banter dapat Rp 28 ribu, sedangkan biaya yang dikeluarkan Rp 35 ribu. Ketimbang harus tombok, mending tidak usah dipanen,” tuturnya.
Maimun menambahkan, selain harga yang rendah, saat ini petani di sana menghadapi serangan ulat cabai yang banyak dan masif. Bukan hanya daun, ulat juga menyerang cabai.
“Sudah harganya rendah, kami juga bingung milihnya. Hampir mayoritas petani cabai kali ini gagal. Lebih dari 40 persen ladang cabai diserang. Sekarang sedang kami pulihkan. Kami rawat lagi sambil menunggu panen berikutnya. Siapa tahu harganya lebih baik,” ungkapnya.
Selain cabai hijau besar, harga sayur leunca anjlok dengan tak kalah sadis. Harga sayuran yang biasanya dipakai untuk lalapan tersebut turun drastis.
“Bulan lalu harganya masih Rp 7 ribu. Sekarang per kilo Rp 500 perak. Buat apa dipanen, mending dibiarkan tua saja, bisa buat bibit lagi. Kalau dipanen, juga percuma. Hasilnya tidak seberapa, pasti rugi,” tutur Karjono, salah seorang petani dari Desa Ambit, Kecamatan Waled, yang ditemui di ladangnya.
Bukan hanya itu, harga dua komoditas utama petani Waled lainnya, terong ungu dan bawang merah, juga turun drastis. Saat ini harga terong di tingkat petani hanya mencapai Rp 500 per kilogram, sedangkan bawang merah Rp 8 ribu per kilogram. “Saya tanam juga bawang Sumenep. Harganya jatuh juga. Kemarau ini kami benar-benar rugi,” katanya.
(dri/c24/ami)