FAJAR.CO.ID – Rencana pemerintah melakukan redenominasi atau penyederhanaan nilai rupiah menuai dukungan dari banyak kalangan. Kali ini datang dari pelaku usaha, termasuk importer dan eksporter. Berikut sejumlah keuntungan redenominasi:
Pertama, secara bisnis, redenominasi dengan memangkas angka nol memang membuat pencatatan transaksi perdagangan lebih sederhana. Dengan alasan itu, importer memberikan dukungan.
“Itu kan program lama, kita dukung,” ujar Ketua Badan Pengurus Pusat Gabungan Importer Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Anton Sihombing, kemarin (26/7/2017).
Anton menjelaskan, tahapan redenominasi harus dilakukan dengan hati-hati dan mengutamakan kepentingan publik maupun pelaku usaha.
Sebab, sebagai importer tentunya memiliki mitra bisnis dan banyak melakukan transaksi menggunakan mata uang dolar maupun rupiah.
Karena itu, diperlukan pemahaman menyeluruh tentang redenominasi. “Yang penting jangan dadakan, harus cukup sosialisasi,” katanya.
Kedua, memperkuat stabilitas rupiah.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, kebijakan redenominasi sebenarnya tidak memiliki dampak signifikan bagi eksporter. Namun, dia mendukung program yang bisa memperkuat stabilitas rupiah itu. “Yang penting disosialisasikan dengan baik,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey menganggap redenominasi tidak banyak berpengaruh jika pemotongan hanya dalam konteks angka, bukan nilai.
”Dampak psikologisnya saja yang harus dijaga, solusinya adalah dengan melakukan edukasi dan kampanye,” tambahnya.
Kata Roy, perlu ada asistensi dan mentoring terhadap pelaku usaha terkait accounting. Jangan sampai ketika redominasi dilakukan, akan menimbulkan kebingungan seperti untuk laporan keuangan atau laporan pajak.
Ketiga, mempengaruhi psikologis orang untuk belanja lebih banyak.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Kebijakan Publik, Danang Girindrawardhana, melihat ada manfaat besar yang bisa didapat dari redenominasi. Dia memprediksi bahwa dampak redominasi akan lebih terasa di ranah internal atau di Indonesia sendiri.
”Redenominasi akan mempengaruhi psikologis orang untuk belanja lebih banyak, di sisi lain dunia industri juga akan naik, sehingga akan positif bagi ekonomi. Sementara ekspor dan impor tetap berpatokan pada USD berapapun nilai rupiah kita,” tambahnya.
Keempat, menyerderhanakan nominal rupiah akan membuat ekonomi Indonesia lebih baik.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi yakin Indonesia akan berhasil melakukan redenominasi. Sebab, menyerderhanakan nominal akan dapat membuat ekonomi Indonesia lebih baik.
“Kita lebih percaya diri kan kita negara hebat. Kita berdoa ya kan kita berdoa semua kita tunjukkan kapan lagi rupiah berdaulat,” ujarnya ditemui di Gedung BI, kemarin (26/7).
Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Sebab, hingga kini banyak masyarakat yang masih bahwa redenominasi adalah pemotongan nilai mata uangnya, padahal yang dipotong adalah nominalnya.
‘’Yang penting jangan masyarakat dibuat pusing, redenominasi penyederhanaan saja uang yang tadinya nolnya misalnya 100.000 nolnya lima misalnya jadi dua. Kita suka nongkrong di Starbucks di cafe ada tulisan 50.000 nol-nolan enggak ada kan tinggal 50,’’ jelasnya.
Suhaedi mengatakan bahwa masyarakat harus tahu dengan betul bahwa saat redenominasi nanti, nilai mata uang dan harga barang akan berubah secara bersamaan.
‘’Dengan uang yang sama akan memperoleh barang yang sama. Nanti ada masa transisinya, jadi kita ikuti bagaimana negara berhasil,’’ katanya.
Kelima, redenominasi bisa berdampak efisiensi di berbagai sektor.
Yang terpenting, kata Menko Perekonomian Darmin Nasution, sosialisasinya harus dilakukan secara massif agar tidak timbul opini negatif dari beberapa pihak yang mungkin belum paham.
Dia mencontohkan, pengurangan tiga angka nol untuk bidang teknologi informasi akan sangat bermanfaat dalam memudahkan kerja.
’’Atau misalnya saya guyon begini, anak sekolah masuk SD hitungannya 5+6=11. Begitu keluar kok sekian ribu ditambah sekian ribu,’’ ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan kemarin (26/7).
Keenam, ada kebanggan tersendiri bila angka di nominal uang dikurangi.
Para jamaah haji, Darmin mengatakan, menukarkan uang dalam jumlah besar namun hanya mendapatkan beberapa lembar riyal. Sebaliknya, turis yang membawa tiga lembar uang USD 100 bisa mendapatkan banyak rupiah.
Darmin optimistis redenominasi bisa diterima oleh masyarakat. Bahkan, masa sosialisasi bisa lebih pendek dari prediksi BI.
Penyiapan UU plus sosialisasi kepada publik dilakukan dalam tempo dua tahun. kemudian, ada masa transisi tuiga atau empat tahun. ’’Jadi lima atau enam tahun baru tuntas dia,’’ tambahnya.
Dia tidak memungkiri bahwa naskah RUU redenominasi sudah siap. Namun, naskah itu belum dibahas sama sekali. Meskipun demikian, Darmin tidak menjawab ketika disinggung kapan pemerintah akan membahas RUU redenominasi tersebut.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyebut bahwa presiden memberikan sinyal positif atas usulan redenominasi rupiah.
Hanya saja, rencana tersebut perlu dibahas di dalam forum sidang kabiunet. Minimal sidang kabinet terbatas.
Bila disetujui, presiden akan memberikan arahan sekaligus mengeluarkan ampres untuk membahas RUU Redenominasi bersama DPR. (dee/agf/byu)