RAKYATJATENG — Iran kembali menjadi kontestan Piala Dunia 2022 Qatar. Keikutsertaan ini yang keenam kalinya bagi tim negeri para mullah itu.
Sayang, prahara terus menerus mengguncang mereka sejak kualifikasi hingga persiapan terakhir menuju Qatar. Mereka sempat kehilangan harapan lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2022.
Itu setelah setelah dikalahkan Bahrain dan Irak yang berujung pemecatan pelatih Marc Wilmots. Pandemic Covid-19 “membantu” Iran bangkit di bagian akhir kualifikasi zona Asia.
Memainkan sisa pertandingan mereka di Bahrain di bawah pelatih baru Dragan Skocic, Iran berhasil memanfaatkan situasi lantaran tuan rumah kehilangan pendukung karena aturan pertandingan tanpa penonton.
Pada akhirnya, Iran mampu melakukan comeback dan lolos ke putaran akhir bersama Irak. Dengan kemenangan 1-0 atas Irak di kandang pada 27 Januari 2022, Iran menjadi negara ke-13 yang lolos ke Piala Dunia 2022.
Pada 12 Juli, masalah baru muncul lagi. Secara tiba-tiba, Asosiasi Sepakbola Iran (FFIRI) memberhentikan Dragan Skocic. Sang pelatih ditendang dari kursinya karena dianggap tidak memenuhi syarat yang cukup untuk memimpin Timnas Iran di Piala Dunia 2022.
Drama internal di Tim Melli, julukan timnas Iran kemudian berlanjut dengan penunjukan pelatih Carlos Queiroz. Juru taktik asal Portugal itu ditunjuk kembali menangani Iran hanya 75 hari menjelang pembukaan Piala Dunia 2022.
Penunjukan itu membuat Carlos Queiroz menjadi salah satu pelatih paling berpengalaman di Qatar. Pelatih berusia 69 tahun itu akan memimpin Iran ke Piala Dunia ketiga mereka. Sebelumnya mantan pelatih Mesir itu juga memandu Iran di Piala Dunia 2014 Brasil dan Piala Dunia 2018 Rusia.
Di tengah fokus Queiroz mempersiapkan tim, prahara baru muncul lagi. Demonstrasi dan kerusuhan melanda Republik Islam Iran setelah kematian wanita 22 tahun, Mahsa Amini yang sempat ditahan polisi karena pelanggaran jilbab.
Kerusahan yang terjadi selama berhari-hari menewaskan ratusan demonstran. Situasi itu berimbas pada persiapan timnas Iran. Para pemain menyuarakan keprihatinannya. Striker andalan Iran, Mehdi Taremi yang mencetak gol dalam kemenangan atas Irak, menulis di Instagram bahwa dirnya “malu” melihat video kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di jalanan Iran.
Penyerang Iran lainnya, Sardar Azmoun juga mempertaruhkan tempatnya di Piala Dunia dengan mengambil sikap tegas terhadap aksi protes yang terjadi. Bomber Bayer Leverkusen itu menulis dari sebuah kamar hotel di kota kecil Wussendorf dekat Wina tentang perasaannya di Instagram.
“Karena aturan tim nasional, kami tidak bisa mengatakan apa-apa sampai kamp (pelatihan Piala Dunia) selesai. Tapi saya tidak tahan lagi. Paling buruk saya akan diberhentikan dari tim nasional. Tidak masalah. Saya akan mengorbankan itu untuk satu helai rambut di kepala wanita Iran,” tegasnya.
Pemberontakan Azmoun terhadap diktat media Federasi Sepak Bola Iran dan lebih jauh lagi pemerintah Iran diikuti dua rekannya, kiper Alireza Biranvand dan Majid Hosseini. Mereka juga megunggah gambar dan pesan di Instagram untuk mendukung demonstrasi di Iran.
Hanya beberapa jam, diduga berada di bawah tekanan, mereka kemudian menghapusnya. Setelah kejadian itu, halaman Instagram Sardar Azmoun yang memiliki 4,9 juta pengikut dibersihkan dari semua postingan dan stori sejak delapan setengah tahun yang lalu.
Halaman resmi tim sepak bola nasional Iran juga berhenti mengikuti akun Azmoun. Bagi pengamat itu dianggap isyarat bahwa sang bomber yang mencetak gol saat Iran imbang 1-1 melawan Senegal sudah dikeluarkan dari tim nasional.
Meski prahara seperti tak pernah berhenti, Queiroz menegaskan optimismenya. Ia bahkan sangat percaya diri meski Iran yang tergabung di Grup B harus bersua Inggris dalam upaya mereka lolos dari fase grup untuk pertama kalinya.
“Kami senang bermain melawan tim-tim terbaik di dunia. Inggris adalah salah satu tim terbaik di Eropa. Iran adalah salah satu tim terbaik di Asia, dan karena itulah kami ada di sini,” katanya kepada wartawan di sela-sela sesi latihan tim nasional di Teheran dikutip dari Barron’s.
Ia mengakui bukan pekerjaan mudah untuk bisa lolos dari Grup B yang juga diisi Amerika Serikat dan Wales. “Tentu saja kami akan bermain melawan beberapa pemain terbaik di dunia, tetapi kami akan siap untuk itu,” tegas mantan pelatih Real Madrid itu.
Persiapan Iran sendiri tidak sepenuhnya mendukung klaim Queiroz. Sepanjang 2022, Iran yang bermain tujuh kali menelan kekalahan melawan Korea Selatan dan Aljazair. Meski begitu, kemenangan 1-0 atas tim kuat, Uruguay lewat gol Mehdi Tarem sebelum imbang kontra Senegal pada uji coba September lalu bisa menjadi angin segar.
Akan tetapi, mereka butuh tenaga pemain seperti Azmoun dan Mehdi Taremi. Selain itu, Iran yang sepanjang partisipasi mereka di Piala Dunia hanya meraih dua kemenangan dalam 15 laga juga perlu pemain lain yang merumput di Eropa.
Termasuk Ehsan Hajsafi, Milad Mohammadi, Sadegh Moharrami, Majid Hosseini, Alireza Jahanbakhsh, Saeid Ezatolahi, Saman Ghoddos, hingga Karim Ansarifard. Yang tak kalah penting, mereka harus mengakhiri seluruh prahara sebelum memulai perjalanan mereka di Piala Dunia 2022 menghadapi Inggris pada 21 November mendatang. (fajar)