Candra Dwi Febriani, Mahasiswi Cantik yang Jadi Penjual Kambing: Banyak yang Nggak Percaya

  • Bagikan

Sudah banyak video dara rupawan berseliweran di media sosial. Tapi ini beda. Bukan di mal maupun kafe, perempuan berambut panjang yang belakangan diketahui bernama Candra Dwi Febriani itu menjual kambing di Pasar Hewan Purwantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Kok nggak gengsi? Apa cuma pansos (panjat sosial)?

IWAN ADI LUHUNG, Wonogiri

Kali pertama, video Candra menjadi blantik kambing diunggah akun TikTok @candradff. Dalam sekejap banjir puluhan ribu likes dan juga view.

Matahari masih malu-malu saat Candra Dwi Febriani menarik tali yang mengikat leher kambing untuk diangkut ke Pasar Hewan Purwantoro.

Setiap hari pasaran Pon, mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Selatan itu memang menjadi blantik. Candra bersama ayah dan kakaknya berangkat ke Pasar Hewan Purwantoro dari rumahnya di Dusun Soka RT 03 RW 02 Desa Plosorejo, Kecamatan Kismantoro.

Bukan hanya mengangkut hewan ternak, ternyata Candra juga mahir meladeni tawar menawar harga dengan calon pembeli, layaknya pedagang hewan pada umumnya.

Harga kambing yang dijualnya bervariasi. Tergantung jenis dan ukuran. Antara lain kambing PE dengan ukuran sedang dibanderol sekitar Rp 2 juta. Untuk kambing yang sedang bunting Rp 4 juta – Rp 4,5 juta. Keuntungan yang diperolehnya antara Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per ekor.

Keuntungan tersebut juga tergantung nasib, karena harga pasaran kambing juga bisa anjlok. “Bawa tujuh atau delapan ekor. Namanya jualan, kadang habis, kadang ya tidak,” terang dara kelahiran Wonogiri 3 Februari 2000 ini.

Candra menjadi blantik kambing sejak awal pagebluk Corona. Saat itu, kampusnya menerapkan kuliah secara daring, sehingga punya banyak waktu luang.

Menjual kambing bukan hal yang asing bagi Candra. Sebab, sejak masih SMA, dia sering membantu ayahnya yang juga sebagai blantik kambing maupun sapi.

Apa nggak malu? Candra membuang jauh kata gengsi. “Kalau gengsi, mau dapat duit bagaimana? Yang penting kan mau berusaha,” ucapnya.

Soal videonya yang ramai diperbincangkan di TikTok, Candra awalnya tidak berminat membuat konten tersebut. Namun, sang kakak yang mendorongnya.

“Awalnya malu masa dibikin video. Tapi malah kakak merekam saya waktu jualan. Sampai rumah diedit dan di-upload di akun saya. Malah ramai. Ya sudah pasaran berikutnya bikin lagi,” jelasnya.

Reaksi netizen pun beragam. Mulai dari pujian, ada pula yang menuding Candra hanya pansos alias panjat sosial untuk meramaikan medsosnya. Dia tak ambil pusing soal itu.

“Pernah ada yang penasaran dan datang langsung ke pasar hewan, pengen buktiin. Setelah bertemu, baru percaya kalau saya memang beneran mblantik,” ungkap dia.

Candra bukan perempuan satu-satunya yang menjadi blantik. Ada satu dara seumurannya menekuni pekerjaan serupa.

Banyak suka duka menjadi blantik kambing. Sukanya, Candra bisa membantu orang tua sekaligus mendapatkan uang jajan secara mandiri. Dukanya, harus berpanas-panasan dan tak jarang tangannya lecet karena kambing berontak.

Bagaimana cara membagi waktu dengan kuliah? “Pulang blantik sekitar jam 11.00-12.00. Habis itu baca materi dan juga ngerjain tugas. Selama ini Alhamdulillah lancar,” ujar mahasiswi semester tujuh program studi Pendidikan Bahasa Indonesia itu. (wa/dam/Radar Solo)

  • Bagikan

Exit mobile version