PCTA Indonesia Gelar Seminar Kebangsaan, Kombes Langgeng Jelaskan Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila

  • Bagikan

SEMARANG, RAKYATJATENG - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persaudaraan Cinta Tanah Air (PCTA) Indonesia Provinsi Jawa Tengah menggelar seminar kebangsaan secara daring.

Kegiatan yang diselenggarakan melalui zoom meeting itu menghadirkan narasumber antara lain Analis Kebijakan Biro Dalpers SSDM Polri Kombes Pol Langgeng Purnomo, SIK.MH, Senat Universitas Bung Karno Dr Soenarto, Direktur Perencanaan dan Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI Sadono Sriharjo.

Seminar yang digelar di Joglo Prambanan, Jalan Candi Prambanan, Kalipancur Semarang, Jumat (8/10/2021) malam dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP PCTA Indonesia I Dewa Nyoman S Hartana. Pada pembahasan itu mengangkat tema, "Dengan Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan Kita Faktakan Cinta Tanah Air Indonesia Berdasarkan Pancasila".

Ketua DPD PCTA Indonesia Jawa Tengah, Untung Anas Rosadi, S.Sos, menjelaskan, melihat kondisi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sekarang ini di tengah pandemi Covid-19, setiap warga diuji kesadarannya untuk saling membantu guna menguatkan satu sama lain.

"Namun tentu di tengah pandemi ini ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menggempur kesatuan dan persatuan warga negara serta memudarkan jatidiri bangsa dengan membuat saling tidak percaya satu dengan yang lain. Karena itu, menjadi perhatian yang mendalam bagi kami selaku warga yang selalu mengusung jargon "NKRI harga haqqul yakin"," katanya.

Untuk itu, DPD PCTA Indonesia mengadakan seminar kebangsaan, yang dirangkaikan dengan memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Dalam seminar kebangsaan itu, Analis Kebijakan Biro Dalpers SSDM Polri Kombes Pol Langgeng Purnomo, menjelaskan bahwa untuk memahami Pancasila supaya sampai pada taraf aktualisasi, maka harus dengan rasa, tidak hanya dengan pengetahuan.

"Pengetahuan hanya 30 persen, 70 persen itu dengan rasa. Supaya memunculkan menguatkan nilai-nilai Pancasila secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Jadi apa yang kita lakukan sebagai wujud dari aktualisasi nilai-nilai Pancasila," katanya.

Menurutnya, ada lima tahapan atau level dari wujud yang distandarkan menjadi konsep sebuah kajian bersama supaya bisa menjadi standart tentang perilaku yang baik.

Level pertama yaitu baru yakin konsepsus percaya tentang Pancasila. Kemudian level kedua adalah aktualisasi, yaitu melakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

"Level tiga, mengajak. Namun bila sampai melakukan pelanggaran, menjadi level 0. Sehingga membiasakan berbuat kebaikan sesuai karakter bangsa sebagai wujud dari nilai-nilai pancasila, sampai level empat, menjadi role mode, menjadi panutan," jelasnya.

Kemudian level lima, berdampak positif sesuai dengan status sosialnya.

"Ini yang kita bangun menjadi budaya, dari Sabang sampai Merauke, dan ini menjadi standar nasional. Dan inilah yang dimaksud dengan kompetensi sosial kultural perekat kebangsaan, untuk mewujudkan SDM unggul berhati Indonesia berjiwa Pancasila, untuk menghadapi Indonesia Emas 2045. Disiapkan dari sekarang. Ini merupakan sebuah ide gagasan untuk menjadi kajian," ujar Kombes Langgeng.

Sementara itu Direktur Perencanaan dan Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan BPIP RI Sadono Sriharjo menjelaskan bahwa dalam konteks idiologi Pancasila yang merupakan satu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk melaksanakan menanamkan dan mepertahankan nilai-nilai Pancasila agar dapat diterapkan dalam praktek kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara oleh segenap komponen bangsa, tentu saja diperlukan upaya-upaya strategis yang memerlukan gotong royong dari seluruh komponen bangsa.

"Secara historis kita bersama-sama memperhatikan bagaimana pembinaan ideologi Pancasila ini dilakukan dari masa ke masa. Terutama pasca reformasi 1998, dimana diskursus pembicaraan-pembicaraan Pancasila di ruang publik itu seakan-akan dalam tanda kutip "diberhentikan". Tentu saja ini membawa dampak yang luar biasa, dimana pada saat ini anak-anak kita, generasi-generasi kita, seakan-akan ada masa atau periode yang hilang terkait dengan jati diri nilai-nilai Pancasila tersebut," katanya.

"Sehingga tidak ada kata terlambat, selain kita bersama seluruh komponen bangsa untuk menegakkan dan melakukan kembali pembangunan jati diri bangsa ini dalam pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan baik formal, informal, dan nonformal," tambahnya.

Menurut Sadono, dalam konteks pendidikan formal, maka kembali akan diberlakukan mata ajar wajib Pancasila mulai dari pendidikan jenjang PAUD sampai dengan perguruan tinggi.

Demikian juga pendidikan informal dalam konteks keluarga dan nonformal dalam komponen masyarakat lainnya juga akan terus dikampanyekan untuk pembinaan ideologi Pancasila.

"Sehingga Pancasila menjadi satu-satunya dasar yang menuntun bangsa Indonesia sebagai leitstar dinamis untuk mencapai cita-cita yang diinginkan dalam berbangsa dan bernegara.

Kegiatan yang dimoderatori oleh DPP PCTA Indonesia Ismu Syamsudin ini diikuti sekitar 300 anggota PCTA dari berbagai daerah di Indonesia. Sebelumnya, didahului dengan kegiatan baksos berupa pemberian bantuan kepada anak yatim piatu dan masyarakat kurang mampu yang dilakukan oleh perwakilan PCTA Indonesia Kabupaten Kudus. (Sen)

  • Bagikan

Exit mobile version