KUDUS, RAKYATJATENG – Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) kelas III SD 4 Prambatan Kidul, Kudus, dipindah di musala sekolah itu kemarin. Lantaran ruang kelas III ambrol.
Diberitakan belum lama ini kelas I dan III SD 4 Prambatan Kidul ambruk sejak Desember 2020 dan kelas II juga tidak bisa dipakai karena kondisi atapnya sudah rapuh. Rangka atap disangga dengan bambu.
Sekolah terpaksa menggunakan sistem shift. Agar seluruh siswa di sekolah itu mendapatkan pembelajaran langsung dari guru.
Hanya saja siswa kelas III sementara belajar di Musala. Jumlahnya 10 siswa.
Kedua mata Muhammad Kharis siswa kelas III SD 4 Prambatan Kidul fokus menatap guru di depannya. Di sela-sela penjelasan, Kharis menunduk ke bawah sambil menulis keterangan guru di buku yang ia letakkan di lantai musala.
Tidak ada meja maupun kursi di musal tersebut. Semua dilakukan dengan lesehan.
Posisinya sambil bersela. Beberapa kali ia mengubah posisi duduk selanya.
Muhammad Kharis tak sendirian. Ada Sembilan siswa yang senasib dengan dirinya. Hal itu terpaksa, karena ruangan kelas III yang biasa mereka tempati ambruk akhir tahun kemarin.
Mereka duduk lesehan tanpa alas apapun. Mereka rela menulis dengan membungkuk karena Duduknya diatur berjarak. Sekitar satu meteran. Hal itu untuk mematuhi protokol kesehatan.
Meski keadaan serba terbatas, mereka terlihat bersemangat.
Guru beberapa kali melempar pertanyaan, para siswa spontan menjawab dengan kompak dan suara lantang.
”Ya, senang bisa kumpul teman. Menulisnya memang sedikit tidak enak karena mejanya tidak ada. Masih enak belajar di kelas,” ungkap salah satu siswa Muhammad Kharis.
Di antara 10 anak ada satu siswa yang tidak mengenakan seragam. Dikarenakan tidak muat dan orang tuanya belum membelikan lagi.
Guru duduk di tengah sembari menerangkan mata pelajaran (Mapel) bahasa Indonesia.
Siswa tersebut kelompok masuk siang. Mulai masuk pukul 09.00 sampai pukul 11.00. Buku pelajaran mereka letakkan di lantai, termasuk buku tulis dan kelengkapannya.
Pelajaran bahasa Indonesia yang diterima anak-anak sampai pukul 10.00, kemudian tak selang lama berganti mapel bahasa Inggris. Meski, keterbatasan ruangan siswa SD 4 Prambatan Kidul tetap fokus menerima pelajaran dari guru.
Sementara itu, siswa kelas I menempati kelas VI. Sedangkan kelas VI di ruang serba guna. Kelas IV dan V menempati ruang kelas sendiri. Seluruhnya ada fasilitas meja dan kursi.
Kepala SD 4 Prambatan Kidul Hismawanto menjelaskan para siswanya dibagi menjadi dua kelompok. Pagi dan siang. Sebetulnya sesuai aturan kurang pas karena hanya diperbolehkan satu kali kegiatan belajar mengajar (KBM), tapi kalau tidak dikerjakan semacam itu ruangan yang tidak mumpuni, siswa bisa jadi ketinggalan.
”Kelompok masuk pagi pukul 07.00 hingga pukul 09.00 dan kelompok kedua pukul jam 09.00 hingga pukul 11.00 mapel per hari dua, pembelajaran Senin sampai Sabtu. Dan, uji coba PTM terbatas ini sampai 11 September 2021,” jelasnya. (ks/san/zen/top/JPR/JPC)