Survei BPS: 92 Persen Warga Solo Gunakan Masker

  • Bagikan
Operasi Yustisi kepatuhan prokes digelar personel gabungan di Plaza Manahan, beberapa waktu lalu. (RADAR SOLO PHOTO)

SOLO, RAKYATJATENG – Penerapan kebijakan PPKM darurat serta level 4 terbukti ampuh membentuk kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) di Kota Bengawan. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta, sepanjang Juli lali kepatuhan masyarakat terus meningkat.

Kepala BPS Kota Surakarta Totok Tavirijanto menjelaskan, berdasarkan survei secara online yang dilakukan pihaknya, 92 persen dari 1.069 orang berusia 17 tahun ke atas yang dijadikan sampel, mereka memakai masker satu lapis.

“Sekitar 8 persen masih abai. Untuk sampel, 59 persen perempuan dan 41 persen laki-laki,” jelas Totok, Sabtu (7/8/2021).

“Berdasakan data, kalau kita lihat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada 2020 lalu, kami mencatat hanya ada sekitar 36 persen warga yang sering menggunakan masker. Warga yang melaksanakan anjuran mencuci tangan juga mengalami peningkatan dari 37 persen menjadi 81 persen,” imbuh dia.

Berdasarkan stastistik tersebut, terlihat masyarakat memang patuh terhadap kondisi saat ini. Kalau di awal dulu, kata Totok, barangkali masyarakat masih acuh. Walaupun tahun lalu pemeritah juga sudah mengumumkan situasi sedang pandemi.

“Ada perubahan yang sangat signifikan, bahkan sekitar 70 persen sudah menggunakan masker dua lapis. Ini artinya kesadaran mereka akan kesehatan diri sudah sangat baik. Namun, masih ada sedikit masalah. Meski persentase masyarakat yang abai ini kecil, namun patut untuk diwaspadai. Jangan sampai menjadi bola salju jika tidak disadarkan,” papar Totok.

Sementara itu, perubahan secara emosional juga terjadi pada masyarakat akibat PPKM darurat. Totok menambahkan, ada sekitar 20 persen masyarakat apabila melihat orang melanggar prokes marah, ditambah dengan sekitar 7 persen tidak suka. Jadi ada sekitar 27 persen warga cukup emosional jika melihat pelanggaran prokes.

“Patut untuk diwasapadai juga karena ada sekitar 16 persen warga masih acuh jika melihat orang lain melanggar prokes. Artinya, memang ada perubahan emosional terkait dengan kondisi saat ini,” papar Totok.

Terpisah, Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak menuturkan, pihaknya terus berupaya agar masyarakat tetap mau menerapkan prokes di tengah masa pandemi seperti ini. “Itulah kenapa kita membangun pos terpadu di pasar non esensial maupun tradisonal. Tujuaanya itu woro-woro prokes,” ujarnya.

“Jadi, ekonomi terus berputar, tapi prokes juga jalan. Jangan sampai ada ketimpangan di salah satu sisi. Kemudian mobil penerangan milik jajaran Binmas terus patroli menggunakan pengeras suara mengingatkan masyarakat untuk tetap menggunakam masker ketika harus berkegiatan di tempat umum,” papar Ade.

Ade menambahkan, pihaknya juga sudah membentuk lima tim yang tersebar di lima kecamatan di Kota Bengawan guna memantau adanya potensi pelanggaran prokes. “Ketika ada kerumunan, atau pelanggaran, CB (cara bertindak)-nya kita ingatkan dulu. Kalau ada yang melawan , baru kita proses menurut UU kesehatan maupun kekarantinaan,” kata Ade.

Namun, lanjut dia, sejauh ini masyaralat dinilai masih patuh. Ketika merasa melanggar prokes, mereka sadar dan mau membubarkan diri. “Hingga saat ini belum ada yang sampai ke ranah hukum. Anggota juga sudah kita wejangi, dalam melakukan penertiban untuk terus mengedepankan humanisme,” pungkas Ade. (atn/ria/JPC)

  • Bagikan

Exit mobile version