SEMARANG, RAKYATJATENG – Tingginya penggunaan tempat tidur rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 dan ruang isolasi di wilayah Ibu Kota Jawa Tengah, membuat Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi harus bergerak cepat.
Apalagi saat ini bed occuppancy rate (BOR) atau tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 di Kota Semarang sudah mendekati 100 persen.
Alhasil Wali kota yang akrab disapa Hendi itu pun terus melakukan penambahan tempat tidur isolasi.
Selain telah membuka 100 kamar tidur tambahan saat ini, minggu depan Hendi optimistis mampu menyiapkan 400 kamar tidur tambahan yang tersebar di beberapa titik.
Termasuk di antaranya salah satu rumah sakit yang baru akan beroperasi di Kota Semarang, diminta untuk dapat menyiapkan kamar untuk pasien Covid-19.
“Kami sudah membuka minggu ini 100 kamar tidur di Balai Diklat Kota Semarang yang ada di Ketileng. Ini juga lagi persiapan minggu depan untuk membuka 400 kamar tidur, 100 di salah satu rumah sakit baru yang akan beroperasi. Kemudian 200 di asrama mahasiswa UIN Walisongo, serta 100 tempat tidur di salah satu kawasan yang ada di Marina. Jadi minggu depan ada tambahan 400 tempat tidur,” ujarnya Minggu, (20/6/2021).
Di sisi lain demi menunjang operasional ruang karantina tersebut, Hendi menjelaskan pihaknya juga berupaya menambah relawan tenaga kesehatan baru untuk merawat pasien beserta dukungan logistik.
“Sampai hari ini relawan yang akan bergabung sebagai nakes akan mampu untuk mengcover 3 tempat tambahan, termasuk logistik dan konsumsi,” tegasnya.
Dengan penambahan lokasi baru tersebut, Hendi berharap ke depannya tidak membutuhkan lagi tambahan tenaga kesehatan beserta ruang isolasi.
“Mudah-mudahan tidak perlu menambah tempat tidur lagi. Tapi kalau memang diperlukan kita akan mencari relawan-relawan tambahan tenaga kesehatan,” ujarnya.
Pada data yang ada, dari 20 rumah sakit rujukan Covid-19 yang ada di Kota Semarang, hanya satu rumah sakit yang memiliki BOR di bawah 80 persen, yaitu RS Amino Gondohutomo sebesar 78 persen.
Itu pun menurut Hendi, hal itu karena rumah sakit milik Pemprov Jateng tersebut baru dibuka pekan lalu sebagai RS Darurat.
Sementara itu dari 3 rumah karantina yang sudah beroperasi selama ini, hanya 1 rumah karantina dengan BOR di bawah 80 persen.
“Maka hari ini masyarakat cukup kerepotan dan isolasi mandiri menjadi pilihan yang ada saat ini,” pungkas Hendi. (Sen)