SEMARANG, RAKYATJATENG – Stunting telah lama menjadi isu prioritas nasional. Bahkan di Kota Semarang, pemerintah kota setempat telah membentuk Tim Percepatan Pengentasan Stunting.
Seperti yang dilakukan oleh Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Dia blusukan keliling kelurahan untuk memberikan gizi tambahan bagi anak stunting.
Dari 25 kelurahan dengan angka stunting tinggi di Kota semarang, Bandarharjo menjadi salah satu konsentrasi untuk tekan angka stunting.
Wakil Walikota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita itu pun kali ini menyasar Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
Dengan mengayuh sepeda atau gowes pagi, Mbak Ita blusukan ke Bandarharjo pada Minggu (20/6/2021).
Melintasi gang-gang sempit, Mbak Ita pun menyapa warga sambil mengingatkan untuk tetap menjaga protokol kesehatan 3M, salah satunya memakai masker.
Hingga akhirnya, rombongan gowes Mbak Ita sampai pada salah satu rumah warga dengan ada anak stunting yang ada di RT 8 RW 10 Kelurahan Bandarharjo.
“Ada anak stunting di RT 8, beda dengan gizi buruk, kalau gizi buruk itu kurus, kering. Stunting sudah ada ukurannya dari berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan,” kata Mbak Ita.
Mbak Ita pun ngobrol dengan ibu si anak stunting dan juga pihak Posyandu. Dari obrolan itu diketahui jika faktor ekonomi menjadi penyebabnya.
Sebelumnya, ibu dari anak tersebut sibuk bekerja demi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga hanya mampu memberikan ASI hanya satu bulan pada anak.
Karena itu, perlu diberikan makanan gizi tambahan bagi ibu dan anak tersebut.
Pemkot Semarang juga bergerak dengan memberikan pendampingan oleh Tim Percepatan Pengentasan Stunting.
“Sudah diberi pendampingan Tim Percepatan Kota, Kecamatan, Kelurahan serta mendorong ibunya memberikan gizi yang baik,” jelas Mbak Ita.
Mbak Ita juga memberikan bantuan makanan gizi tambahan kepada ibu dan anak tersebut.
“Ini memang harus dibantu setiap bulannya bisa diberi bantuan makanan tambahan untuk bisa normal kembali,” ujar Wakil Walikota.
Mbak Ita menjelaskan, selain faktor kondisi ekonomi keluarga yang bisa sebabkan risiko stunting, faktor lainnya yakni pola asuh dan pernikahan usia muda.
Pemkot Semarang sedang gigih menekan angka stunting. Salah satunya dengan membentuk Tim Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting berupa Rembug Cegah Stunting.
Tim akan bekerja dengan mengidentifikasi wilayah yang terjadi kasus stunting serta memetakan apa saja kebutuhan di setiap wilayah untuk penanganan kasus stunting.
Menurut Mbak Ita, tim ini melibatkan semua stakholder dan akan maping dengan OPD jadi punya tanggung jawab tiap kelurahan.
“Saya akan pantau tiap bula data-data perkembangan stunting,” tambah Mbak Ita. (Sen)