SRAGEN, RAKYATJATENG – Langkah tegas dilakukan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati setelah daerahnya dinyatakan salah satu daerah zona merah Covid-19 di Jawa Tengah.
Pasien tanpa gejala dilarang karantina mandiri di rumah. Mereka wajib menjalani isolasi terpusat di Technopark dan beberapa rumah sakit agar mudah diawasi.
Bupati mengatakan, Sragen dianggap menjadi zona merah karena angka kesembuhan 98 persen, masih di bawah angka kesembuhan nasional. Kemudian angka kematian 5,6 persen. Sedangkan angka harian kasus baru cukup tinggi, rata-rata 50 per hari.
“Salah satu faktornya ketersediaan tempat tidur ICU. Solusinya RSUD dr Soeratno Gemolong menambah empat tempat tidur dan RSI Amal Sehat menambah dua ruang khusus ICU,” ujar Yuni usai mengumpulkan direksi rumah sakit seluruh Sragen di pemkab setempat, Selasa (8/6).
Sementara untuk masalah angka kematian tinggi, sudah dilakukan evaluasi. ”Memang ada kendala rumah sakit yang merawat pasien Covid-19. Pertama, di RSUD dr Soehadi Prijonegoro, disusul RSUD dr Soeratno Gemolong, dan RSI Amal Sehat. Tiga rumah sakit itu ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 memang besar,” terangnya.
Bupati mengakui, beberapa kematian itu karena pasien melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, kemudian kondisinya memburuk. Pasien tiba di rumah sakit dalam kondisi buruk dan masuk ICU, namun kurang tertangani dan meninggal dunia.
Bupati minta perlu diperbaiki sistem rujukan agar penanganan pasien lebih cepat. ”Biasanya rujukan itu kan harus di sistem secret dulu, itu lama nunggunya. Maka kita akan by phone antardirektur dan dinkes. Sehingga bisa cek kesiapan ICU berapa langsung kirim ke sini, kemudian transit di IGD lebih cepat,” ujarnya.
“Pada umumnya pasien yang dikirim di RSUD dr Soehadi Prijonegoro atau RSUD dr Soeratno kondisinya sudah memburuk,” ujarnya.
”Kami membuat kebijakan isoman di rumah sekarang tidak diizinkan. Jadi kalau positif langsung diangkut ke Technopark. Kalau menolak biar dijemput TNI/Polri. Karena beberapa kasus isoman di rumah tidak patuh. Mereka tidak mau jujur. Ketika kondisi semakin memburuk baru dibawa ke RS,” terang Yuni.
Soal larangan isoman di rumah, bupati menegaskan, di Technopark masih cukup. Dengan kapasitas 250, jika dimaksimalkan bisa terisi 300 pasien. Saat ini baru terisi 105 pasien. ”Isolasi nanti juga ada yang di rumah sakit. Rencana ada tambahan 20 tempat tidur pasien Covid,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu ketersediaan obat sempat kosong, dan bahkan langka. Namun sudah diambil alih provinsi, yang langsung mengirim obat-obatan ke Sragen.
Kemudian, dalam mengatasi zona merah tentu dengan mempercepat herd immunity. Saat ini tersedia 25 ribu dosis vaksin. “Untuk mengejar herd immunity kami suntikkan dosis pertama semua. Untuk dosis kedua kami minta lagi agar semua cepat mendapatkan,” beber bupati.
Bupati berharap Sragen bisa turun dari zona merah ke zona oranye dan kuning. Bahkan menjadi zona hijau. ”Harapan kami turun dari zona merah ke kuning. Yang penting itu dulu biar tidak selalu muncul di dasboard nasional dan provinsi,” bebernya.
Sementara Direktur RSUD dr Soeratno Gemolong Agus Trijono menyampaikan, pihaknya menyiapkan 44 ruang isolasi mandiri dan enam ruang ICU.
”Kami persiapkan setting alat dan ini sudah siap. BOR (kapasitas tempat tidur) pasien Covid-19 di RSUD dr Soeratno masih di bawah 60 persen, sekarang terisi 24 tempat tidur. Tapi alat medis dan obat perlu ditambah,” ujarnya. (rs/din/per/JPR/JPC)