BOYOLALI, RAKYATJATENG – Persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) terus dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disidikbud) Boyolali. Sampai saat ini 680 SD dan SMP di Boyolali sudah menggelar simulasi PTM. Mereka siap menggelar PTM pada tahun ajaran baru, Juli nanti.
Kepala Disdikbud Boyolali Darmanto mengatakan, evaluasi simulasi PTM jenjang SD dan SMP berjalan baik dan aman. Pihaknya juga menerapkan standar operasional prosedur (SOP) protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Sekolah penyelenggara PTM harus memperhatikan peta risiko wilayah.
“Sekolah harus terletak di zona hijau. Alhamdulillah semua sekokah kami di zona hijau semua. Karena sekarang kami berpegang pada PPKM mikro berbasis jogo tonggo. Termasuk siswa dan guru juga harus berasal dari zona hijau,” terangnya, Jumat (28/5), dikutip dari Jawa Pos Radar Solo.
Sekolah wajib memiliki satgas Covid-19 dan selalu berkomunikasi dengan jogo tonggo. Daryanto juga memprioritaskan jenjang SD karena pertimbangan lokasi yang mayoritas di pedesaan dengan siswa berasal dari lingkup daerah itu saja.
Berbeda dengan SMP yang memungkinkan anak dari luar wilayah setempat. Hal tersebut membuat pemantauan lebih sulit. Meski semua sekolah sudah berjalan baik.
“Semua sekolah sudah menggelar simulasi PTM. Ada 579 SD yang sudah menggelar ujian luring sekaligus simulasi PTM, dari total 582 SD negeri dan swasta di Boyolali. Sedangkan tiga SD yang belum menggelar simulasi PTM itu karena masih baru," paparnya.
Sedangkan jenjang SMP ada 98 sekolah. Terdiri dari 52 SMP negeri dan 46 SMP swasta. Sebanyak 680 sekolah tersebut telah menggelar ujian sekolah (US) luring pada akhir April lalu. Sekaligus mengikuti simulasi PTM sebagai pengenalan dan pembiasaan pola perilaku baru sesuai prokes. Saat ini, PTM di sekolah hanya tiga jam saja.
Darmanto menegaskan kepada siswa atau guru yang merasa sakit atau demam agar mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dan tidak boleh datang ke sekolah. Sekolah juga harus melaporkan hasil PTM ke disdikbud dan selalu berkoordinasi dengan satgas jogo tonggo setempat. Bahkan, disdikbud juga aktif berkeliling ke sekolah di daerah untuk mengecek dan memastikan keamaan simulasi PTM SD.
Selain itu, belum ada wacana penambahan jam pada PTM Juli mendatang. Pihaknya masih memilih materi esensial yang tidak bisa diajarkan secara daring.
Di sisi lain, pelatihan bagi guru untuk menyajikan materi PJJ yang efektif tetap dilakukan. Guru wajib merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi dan tindak lanjut.
“Jadi kondisi ini memaksa kami segera menggelar PTM, meski terbatas. Kesehatan dan pengelolaan pendidikan tetap menjadi prioritas. Ada dua prinsip yang saya pegang. Pertama, kesehatan dan keselamatan siswa serta tenaga pendidik (tendik). Kedua, tumbuh kembang anak agar bisa berkembang sesuai perkembangannya," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SMPN 2 Boyolali Kusnan mengatakan, simulasi PTM kembali digelar pascalibur Lebaran.
Saat ini, sekitar 224 siswa kelas VII dan 196 siswa VIII mengikuti simulasi PTM secara terbatas dan bergantian sesuai jadwal.
Satu ruang hanya diisi setengah dari kapasitas kelas. Sekolah juga menyiapkan sarana prasarana (sarpras) pendukung dan ruang isolasi.
“Kami juga membagi tempat pulang dan masuk sekolah. Kelas VII masuk pukul 07.30 dan lewat pintu belakang. Sedangkan kelas VIII masuk pukul 08.00 dan lewat pintu depan. Sebelum dan sesudah pelaksanaan juga kami semprot dengan disinfektan," terangnya.
Kusnan mangamini hampir 90 persen orang tua menyetujui anaknya mengikuti simulasi PTM. Hasil evaluasi simulasi PTM juga berjalan baik dan tidak ada kendala. Meski ada beberapa anak yang sakit dan izin mengikuti PJJ. Siswa yang mengikuti simulasi PTM juga mampu memahami alur prokes dengan baik.
“Awal masuk anak memang belum maksimal belajar dan pembiasaan sekolahnya. Namun, setelah beberapa kali masuk sudah mulai mengarah ke capaian pembelajaran. Karena kendala memang terlalu lama PJJ. Setelah satu minggu iklim pembelajaran sudah terbentuk," terangnya. (rs/rgl/per/JPR/JPC)