SOLO, RAKYATJATENG - Penyekatan mudik Lebaran baru dimulai, namun kasus Covid-19 di eks Karesidenan Surakarta sudah melonjak lagi. Seperti di Sukoharjo, Klaten, dan Kota Solo dalam beberapa hari terakhir terus ada penambahan kasus baru. Pemicunya diduga masyarakat mulai abai terhadap protokol kesehatan (prokes).
Katua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan, penambahan pasien-pasien baru ini memang tidak terlalu signifikan jika dilihat dari jumlahnya. Namun, jika dilihat dari fenomena atau tren kenaikannya memang perlu menjadi perhatian seluruh masyarakat.
"Benar ada penambahan pasien baru di sejumlah rumah sakit yang menangani pasien Covid-19. Namun, memang belum membuat seluruh kapasitas ruang perawatan kami penuh," jelas dia, Minggu (25/4/2021).
Berdasarkan data Covid-19 Kota Surakarta pada Rabu (14/4), sedikitnya 122 orang pasien terkonfirmasi positif menjalani isolasi madiri, dan 52 pasien terkonfirmasi positif dirawat. Jumlah itu terus bertambah.
Pada Sabtu (24/4) menunjukkan kenaikan jumlah pasien isolasi mandiri yang terkonfirmasi positif mencapai 198 orang. Sementara jumlah pasien terkonfirmasi positif dalam perawatan mencapai 62 orang.
"Peningkatan masih di bawah 100 kasus baru untuk dalam kota. Kapasitas ruang perawatan masih cukup. Memang tidak sampai tolak pasien, hanya saja memang ada penambahan kasus dalam beberapa hari terakhir," jelas Ahyani.
Munculnya kasus-kasus baru itu diduga karena masyarakat mulai abai dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Banyaknya capaian vaksinasi yang terus dilakukan membuat masyarakat makin banyak berinteraksi di luar ruangan dengan melakukan berbagai aktivitas kegiatan.
Pemkot mendorong masyarakat agar tetap patuh dalam penerapan prokes dari memakai masker, jaga jarak, serta mengurangi interaksi dengan banyak, mengingat Covid-19 belum reda.
"Kami perketat pengawasan prokes. Tidak hanya dari pemerintah namun juga dari masyarakatnya juga harus aktif. Giat razia akan dimaksimalkan," tegas pria yang juga menjabat sebagai sekretaris daerah Kota Surakarta itu.
Pakar Epidiemologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto membenarkan bahwa tren kemunculan kasus baru mulai terlihat dalam beberapa waktu terakhir. Ini bisa dibuktikan dengan masuknya pasien-pasien baru dalam beberapa hari terakhir di sejumlah rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Kota Solo.
"Beberapa waktu sebelumnya tidak adanya penambahan pasien baru dalam beberapa saat. Namun beberapa hari terakhir ini ada penambahan pasien baru. Ini bukan hanya terjadi di Solo, namun juga di eks Karesidenan Surakarta," ujarnya.
Penambahan kasus baru ini diduga karena masyarakat sudah merasa aman dengan capaian vaksinasi yang dilakukan pemerintah. Akibatnya cenderung abai dalam penerapan protokol kesehatan.
Perlu edukasi yang menegaskan vaksinasi tidak membuat masyarakat boleh seenaknya mengingat keberhasilan penanganan Covid-19 itu bukan karena vaksinnya, namun karena proses vaksinasinya.
"Kalau cakupannya (vaksinasi) belum banyak maka belum bisa dikatakan bebas. Nah, jika cakupan sudah ckup banyak, kasus terkendali, kita baru bisa melonggarkan. Pengalaman di Chili, India, Thailand terjadi karena pelonggaran yang tergesa-gesa menjadikan kasus melonjak lagi," papar Tonang.
Sebelumnya kasus baru juga muncul di Sukoharjo dan Klaten. Tim Satgas Penanggulangan Covid-19 Sukoharjo melacak sembilan klaster baru. Jumlah penularan dua sampai tujuh orang. Kuat dugaan, saat ini masyarakat sudah mulai mengabaikan protokol kesehatan.
"Di antaranya ada klaster keluarga yang punya riwayat datang ke pernikahan di Karanganyar. Ada klaster keluarga riwayat piknik ke Tawangmangu dan klaster keluarga riwayat menjenguk orang sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Sukoharjo Yunia Wahdiyati.
Sementara di Klaten muncul klaster salat Tarawih. Di mana lima jamaah dinyatakan positif karena tertular imam masjid yang sebelumnya positif Covid-19. Bahkan dua masjid tempat imam dan anaknya yang positif korona ceramah sempat di-lockdown. (rs/ves/fer/JPR/JPC)