Rekomendasi Film untuk Temani “Ngabuburit” saat Ramadhan

  • Bagikan
Kolase poster film "A Separation" (2011), "Mudik" (2019), "The Breadwinner" (2017). (IMDB)

RAKYATJATENG – Bulan suci Ramadhan sudah berada di depan mata, maka tak lengkap rasanya jika tidak mempersiapkan diri dengan beragam tontonan menarik soal bulan puasa, maupun aneka kisah menarik yang berkutat soal budaya dan latar di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.

ANTARA merangkum sejumlah film yang bisa menjadi teman Anda menemani bulan puasa, baik saat menunggu waktu berbuka tiba (ngabuburit) maupun mengisi waktu luang. Berikut sejumlah rekomendasinya, diurutkan dari waktu perilisan.

“A Separation” (2011)
“A Separation” adalah film drama Iran yang ditulis dan disutradarai oleh Asghar Farhadi, berfokus pada pasangan Iran yang berpisah, kekecewaan dan keputusasaan yang diderita putri mereka karena perselisihan egois dan perpisahan orang tuanya, dan konflik yang muncul ketika suami menyewa pengasuh kelas bawah untuk ayahnya yang sudah lanjut usia, yang menderita penyakit Alzheimer.

“A Separation” memenangkan Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik pada tahun 2012, menerima Golden Bear untuk Film Terbaik dan Silver Bear untuk Aktris Terbaik dan Aktor Terbaik di Festival Film Internasional Berlin ke-61, menjadi film Iran pertama yang memenangkan penghargaan-penghargaan tersebut.

Film ini juga memenangkan Golden Globe untuk Film Berbahasa Asing Terbaik, dan Asia Pacific Screen Award untuk Film Fitur Terbaik.

“A Separation” dinominasikan untuk Academy Award untuk Skenario Asli Terbaik, menjadikannya film non-Inggris pertama dalam lima tahun yang mencapai ini. Film ini bisa disaksikan di Catchplay.

“Layla M.” (2016)
“Layla M.” adalah film drama Belanda yang disutradarai oleh Mijke de Jong. Film ini dibintangi oleh Nora El Koussour sebagai Layla, seorang wanita muda Belanda berlatar belakang Maroko yang memberontak terhadap keluarga dan sekolahnya untuk menjadi seorang fundamentalis Islam.

Seperti dalam film-film lain karya de Jong, fokusnya adalah pada seorang wanita muda berkemauan keras yang tumbuh dewasa.

Dalam “Layla M.”, de Jong dan kolaboratornya Jan Eilander ingin meneliti radikalisasi anak muda Eropa. Para penulis terinspirasi oleh kisah kehidupan nyata; mereka menulis naskah selama Arab Spring dan persidangan Geert Wilders.

Film ini ditayangkan perdana di BFI London Film Festival pada tahun 2016. Ulasan media sangat baik dan secara internasional film tersebut diterima dengan baik lewat berbagai penghargaan, termasuk mewakili Belanda dalam entri Best Foreign Language Film untuk Academy Awards ke-90.

“Layla M.” dapat disaksikan di Netflix.

“The Breadwinner” (2017)
Selain film fitur berbalut nuansa dan referensi Islam, ada pula film animasi yang mengangkat kehidupan di negara mayoritas Muslim. “The Breadwinner” dari studio animasi Irlandia Cartoon Saloon disutradarai oleh Nora Twomey dan eksekutif yang diproduksi oleh Mimi Polk Gitlin dan Angelina Jolie.

Berdasarkan novel terlaris oleh Deborah Ellis, film tersebut merupakan produksi bersama internasional antara Kanada, Republik Irlandia dan Luksemburg.

Berfokus pada Parvana, seorang gadis berusia 11 tahun yang tinggal di Kabul di bawah Imarah Islam Afghanistan. Ayahnya, Nurullah, adalah seorang guru sekolah yang mengalami gangguan fisik selama Perang Soviet-Afghanistan; karena perang, dia kehilangan kaki kirinya dan sekarang bekerja sebagai penjaja.

Suatu hari, saat makan malam, dia ditangkap secara tidak adil setelah seorang anggota muda Taliban, Idrees, mengira dia menghinanya ketika keduanya menjual barang di pasar. Mulai dari sana lah konflik dan cerita dimulai.

Film ini tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto 2017. “The Breadwinner” menerima nominasi untuk Fitur Animasi Terbaik di Academy Awards ke-90. Film ini bisa disaksikan di Netflix.

“What’s My Name: Muhammad Ali” (2019)
Jika Anda ingin menonton film dokumenter tentang sosok Muslim, “What’s My Name: Muhammad Ali” bisa menjadi pilihan yang menarik. Film dokumenter yang disutradarai oleh Antoine Fuqua dan ditulis oleh Steven Leckart ini didasarkan pada kehidupan petinju ikonis Muhammad Ali.

Salah satu tokoh paling ikonik dalam sejarah olah raga, kisah luar biasa Muhammad Ali dari petinju juara dunia hingga aktivis sosial yang menginspirasi dieksplorasi melalui suaranya sendiri dan materi arsip yang belum pernah dilihat sebelumnya.

“What’s My Name: Muhammad Ali” dapat disaksikan di HBO GO.

“Mudik” (2019)
Tak lengkap rasanya bicara soal Ramadhan tanpa menyinggung tentang pulang kampung saat Hari Raya Idul Fitri, atau yang lebih akrab disebut dengan mudik.

Indonesia memiliki film berjudul “Mudik”, sebuah film drama yang ditulis dan disutradarai oleh Adriyanto Dewo. Film ini diproduksi oleh Lifelike Pictures dan Relate Films. Film ini dibintangi oleh Asmara Abigail, Putri Ayudya, Ibnu Jamil, dan Yoga Pratama.

Film “Mudik” pertama kali ditayangkan di Festival Film Internasional Macau pada 9 Desember 2019.

“Mudik” bercerita tentang Aida (Putri Ayudya) yang memutuskan untuk melakukan perjalanan mudik bersama sang suami, Firman (Ibnu Jamil) ke kampung halaman mereka sekaligus untuk menemukan solusi atas konflik rumah tangga yang sedang dihadapi.

Dalam perjalanan tersebut, tak sengaja mereka terlibat dalam sebuah kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa suami orang lain. Dalam prosesnya menghadapi kejadian yang tidak terduga ini, Aida dipaksa untuk menemukan jawaban yang selama ini tersimpan di dalam hidupnya.

“Mudik” berhasil mendapatkan 9 nominasi pada Festival Film Indonesia 2020 dan memenangkan penghargaan Piala Citra untuk Skenario Asli Terbaik.

Pada Piala Maya 2020, film ini mendapat 8 nominasi dan memenangkan 2 kategori yaitu Penulisan Skenario Asli Terpilih (Adriyanto Dewo) dan Aktris Utama Terpilih (Putri Ayudya).

“Mudik” hadir di Mola TV.

“Surga yang Tak Dirindukan” (2015, 2017, 2021)
Serial film “Surga yang Tak Dirindukan” merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Asma Nadia dengan judul sama.

Serial film ini dibintangi oleh Fedi Nuril sebagai Prasetya, seorang arsitek yang terpaksa menikahi seorang wanita depresi demi menyelamatkan nyawanya, Laudya Cynthia Bella sebagai Arini, istri dan cinta sejati Prasetya, dan Raline Shah sebagai Mei Rose, seorang wanita depresi yang diselamatkan oleh Prasetya dan menimbulkan berbagai konflik dalam rumah tangga Prasetya dan Arini.

Menyusul kelarisan novelnya, “Surga yang Tak Dirindukan” kembali diangkat menjadi sekuel film di tahun 2017 dan 2021, masih berkutat dengan kisah hubungan Pras, Arini, dan Meirose.

Serial film ini bisa disaksikan di Disney+ Hotstar, pun dengan sekuel ketiganya yang akan rilis pada 16 April. (Antara)

  • Bagikan