SEMARANG, RAKYATJATENG – Pelaksanaan hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di SMKN 7 Semarang, Senin (5/4/2021), siswa yang masuk kelas dibatasi. Dari ribuan orang siswa, hanya 104 orang siswa yang mengikuti PTM.
“Siswa yang dipilih dari total berjumlah 2.463 orang, hanya 104 (orang) kami pilih,” ujar Kepala SMKN 7 Kota Semarang, Samiran, saat ditemui di sekolahnya, Senin (5/4/2021).
Dia merincikan, siswa yang masuk itu hanya 13 orang dari masing-masing jurusan, di mana ada delapan jurusan di sekolah itu. Mereka yang masuk sebagian besar mengikuti pelajaran praktik saja.
“Teori dilakukan dengan daring,” sambung Samiran.
Siswa yang bisa masuk yang dipilih itu, lanjut dia, di antaranya mendapat izin orang tua, tidak punya penyakit komorbid, serta mereka tidak memakai alat transportasi umum, yakni jalan kaki atau diantar orang tua saat pergi dan pulang sekolah.
“Kalau sudah punya SIM, siswa bisa bawa kendaraan sendiri,” imbuhnya.
Jika diantar, jelas Samiran, hanya boleh sampai pintu gerbang. Kemudian siswa menjalani cek suhu. Bila suhu tubuh di bawah 37 derajat Celsius, maka akan diminta masuk untuk cuci tangan kemudian menuju ruang praktik. Bila suhu tubuhnya lebih dari 37 derajat, akan diminta pulang.
Adapun untuk kedisiplinan siswa dan guru, menurutnya, sejauh ini terpantau bagus. Mengingat mereka telah hampir setahun beradaptasi mencegah penyebaran Covid-19.
“Untuk guru, budaya sudah terbentuk. Jadi tidak perlu banyak teguran karena cukup diingatkan sekali saja, sudah jalan,” ucap Samiran.
Secara keseluruhan, pihaknya sudah siap menghadapi uji coba PTM. Sejumlah kesiapan telah mereka lakukan seperti halnya menyiapkan 63 wastafel, tempat cuci kaki, dan hand sanitizer pada banyak titik di sekolah.
Siswi SMKN 7 Kota Semarang Mayla Maulidya, mengaku senang karena bisa kembali belajar atau melakukan PTM. Sebab, dia telah menjalani pembelajaran daring sejak Agustus tahun lalu.
“Sejak setahun lalu daring,” kata dia ditemui saat praktik pelajaran kelistrikan.
Adanya PTM ini, membuat Mayla lebih fokus belajar, karena bisa mengikuti pelajaran secara langsung. Dia juga tidak keberatan bila saat belajar harus mematuhi protokol kesehatan.
“Tidak keberatan protokol kesehatan, karena masa kayak gini juga,” pungkasnya. (*)