SEMARANG, RAKYATJATENG – Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke-75 tingkat Jateng berlangsung dengan sedeerhana, namun dalam suasana hangat, khusyuk dan penuh kekeluargaan, di Gedung Pers Jateng, Semarang, Senin (8/2/2021).
PWI Jateng mengawali peringatan HPN dengan doa bersama, memberikan tali asih bagi janda wartawan serta yang terasa istimewa adalah tausiyah dari Ketua MUI Jateng KH Ahmad Darodji.
Dalam tausiyahnya, Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji mengajak pers dan masyarakat untuk tetap optimistis menghadapi pandemi Covid-19 dan cuaca esktrem. Menurut dia, ada nilai spiritual di balik kampanye 3 M untuk mencegah penularan Covid.
”Memakai masker itu diartikan agar hidung kita tidak mencium sesuatu yang buruk. Mulut tertutup agar kita menjaga lisan. Nabi Muhammad wanti-wanti agar kita berkata yang baik-baik atau diam saja. Sedangkan mencuci tangan, agar tangan kita selalu steril dari perbuatan jahat,” kata Darodji.
Terkait dengan cuaca yang ekstrem, Darodji juga meminta untuk tetap tenang dan optimistis. Dia minta agar hadirin berpikir ‘mlethik’.
Dia lalu menyitir Surat Al-Insyirah yang berbunyi inna ma’al usri yusra, yang artinya sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. ”Banjir itu hanya 3-7 kali dalam setahun, bukankah kita masih punya banyak hari dalam setahun? Di tengah kesulitan kini, ada dua pilihan, apakah kita akan menjadi orang peramah atau pemarah,” katanya.
Menurutnya, sesungguhnya pers punya peran strategis dalam masyarakat.
Dia berharap, perayaan HPN 2021 dijadikan momentum bagi PWI Jateng khususnya media untuk mengubah hari esok yang lebih baik. Dia berharap, pers Jateng ke depan akan selalu bisa mencerahkan umat.
Puncak perayaan HPN sendiri diadakan pada Selasa (9/2) besok dimana pengurus PWI Jateng bersama Gubernur Ganjar Pranowo dan Forkopimda akan memperingatinya secara virtual di Gedung Gradhika Bhakti Praja. Pelaksanaan HPN ini akan terhubung dengan peringatan HPN secara nasional yang dihadiri Presiden Joko Widodo.
Ketua PWI Jateng Amir Machmud mengatakan bahwa HPN kali ini digelar di tengah cuaca yang tak bersahabat. Karena terkendala cuaca, satu acara yang sudah mentradisi yaitu ziarah kubur ke makam wartawan senior, akhirnya ditiadakan.
Amir menjelaskan, saat ini masyarakat tengah dilanda pada rasa cemas, resah dan galau akibat ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 akan mereda. Yang bisa dilakukan adalah menerapkan 3 M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan menjaga jarak.
Dari sisi perilaku, kata dia, ada sesuatu yang tergogos pelan-pelan. Ada perubahan adaptasi perilaku dalam silaturahmi, interaksi dan komunikasi.
”Namun yang patut disyukuri, alhamdulillah kawan-kawan PWI Jateng telah mengambil hikmah dalam situasi pandemi ini,” ujarnya.
Diungkapkannya, hikmah yang bisa dipetik dari adaptasi perilaku ini, adalah terbukanya rasa empati, simpati, compassion (kasih sayang) dan senasib sepenanggungan.
Hal itu diwujudkan ketika ada rekan jurnalis yang terpapar Covid-19, sejurus kemudian terjadi mobilisasi gerakan sosial berupa penggalangan dana untuk memberikan bantuan. ”Pandemi justru digunakan sebagai memontum menguatkan hati dan rasa bagi sesama,” tutur penulis buku puisi ‘Tembang Kegelisahan’ itu.
Perubahan perilaku, kata Amir, juga memberikan dampak pada pola kerja jurnalis yang sebelumnya ‘berkompetisi tidak sehat’. Jika sebelumnya wartawan dalam menggali informasi menjaga kredo terdepan dan terdahulu dalam mengunggah dan menyajikan, kini berbalik arah dengan saling berbagi informasi karena faktor pandemi ini.
”Pembatasan interaksi di lapangan menjadi sesuatu yang wajar jika ada budaya copy-paste informasi,” kata jurnalis senior yang banyak menulis buku itu.
Diakuinya, HPN 2021 yang mengusung tema ‘Pers Inspiratif Mengawal Rakyat Sehat’ memang digelar sederhana dan mematuhi protokol kesehatan. Undangannya pun terbatas. Semua ini demi kesehatan bersama. ”Jika ditanya apa kemaslahatan HPN kali ini, yaitu kesehatan bersama,” jelasnya. (Sen)