REMBANG, RAKYATJATENG – Ratusan warga duduk bersila. Melihat pentas ketoprak di Desa Bancang, Kecamatan Sale, Rembang, Jawa Tengah. Tak jarang, para penonton tertawa karena polah pemain ketoprak. Pentas itu menjadi hiburan setelah libur karena pandemi.
Suara tiga penari diselingi orjen menggema. Saat microphone diarahkan depan mulut masker dilepas. Begitu microphone ditaruh, masker dipakai lagi. Warga yang menyaksikan juga diberi kesempatan tampil. Sebagai bintang tamu. Dipandu MC Gendhon yang juga pimpinan ketoprak.
Pementasan perdana itu sekaligus simulasi menuju new normal. Keran secara perlahan dibuka. Rekomendasi menyelenggarakan hiburan diberi lampu hijau. Dengan catatan berada di zona hijau, penuhi protokol kesehatan (prokes), dan jaminan kesehatan pemainnya.
Sang MC tak henti-hentinya menyuarakan prokes. Diminta jaga jarak, pakai masker. Butuh komitmen bersama untuk suksesnya acara selanjutnya. Hingga akhirnya pementasan ketoprak lakon Damar Wulan Ratu dimulai.
Para pemain ketoprak yang tergabung grup Wahyu Mustiko mulai keluar. Diawali para penari. Jumlahnya enam orang. Menggunakan baju warna biru, sampur merah, dan jarik putih kombinasi hitam. Jemari tanganya begitu lentik mengikuti alunan gamelan.
Setelah itu para pemain inti keluar. Memainkan ketokohan masing-masing. Ada prajurit, raja, dan ratu di suatu negara. Di tengahnya diselingi perang. Ini yang dinanti-nantikan penonton. Tanpa beranjak mereka serius mengamati gerakan lincah pemain.
Tidak hanya orang tua. Baik remaja dan anak-anak tampak senang. Begitu penasaranya di depan panggung dipenuhi penonton. Apalagi saat anak yang punya hajat diajak naik panggung. Dinaikkan properti gajah. Seakan-akan mengenang masa lampau.
Sugiarto atau yang lebih dikenal Gendhon, ketua rombongan Wahyu Mustiko menerangkan, pementasan ketoprak yang digelar beberapa waktu lalu itu masih simulasi. Beberapa aturan melekat di dalamnya. Dijalankan setelah perbup tentang pentas turun.
”Langkah yang punya kerja minta izin dari desa. Menunjukan tidak ada yang terpapar. Lalu untuk hari H pelaksanaan yang punya kerja siap laksanakan prokes,” katanya.
Pentas itu bersifat tertutup. Hanya untuk lokal warga sekitar dan keluarga. Diberi pengaman, jaga jarak, masker, dan cuci tangan. Untuk ketua rombongan cek kesehatan. Ini berlaku tujuh hari. Satu tim 80 orang. Cek kesehatan mandiri.
Satu orang sampai Rp 15 sampai 20 ribu. Sebelum tampil harus pakai masker. Saling jaga jarak. Di dalamnya juga terus diselipkan pesan. Bahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ikut terjun langsung memonitor jalannya acara.
Ravendra, salah satu penonton mengaku rela melekan untuk bisa menyaksikan pementasan ketoprak khususnya malam hari. Utamanya perang-perangan yang dinantikan. Seru. Melihat skill para pemain yang masih muda-muda.
”Tertarik kalau pas perang-perangan. Khususnya yang anak kecil. Lincah bisa koprol berkali-kali. Disamping dagelannya mengocok perut,” apresiasinya. (ks/noe/lid/top/JPR/JPC)