SEMARANG, RAKYATJATENG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menawarkan sistem ijon kepada perusahaan atau pelaku industri di Kawasan Industri Kendal (KIK) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sehingga, lulusan SMK di Jawa Tengah bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja perusahaan di KIK.
“Kalau mereka mau saya tawarkan untuk ngijon. Silakan diijon dari SMK-SMK kita, terus ilmu pengetahuan apa, keterampilan apa, bagaimana caranya dan seterusnya, kita akan terbuka untuk itu,” ujar Ganjar usai penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemprov Jateng dengan PT KIK tentang kerja sama link and match Kompetensi Vokasi di Jateng tahun 2020 – 2025, di kantor Gubernur Jateng, Selasa (8/9/2020).
Ditambahkan, sistem ijon adalah hal yang lazim dilakukan tengkulak pembeli hasil panenan petani, dengan cara memberikan uang di muka, selagi tanaman petani belum dipanen. Tapi sejumlah perusahaan, kini juga melakukan sistem ijon dalam perekrutan calon tenaga kerja (Canaker) dari siswa yang belum lulus.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 15 penyewa KIK yang berasal dari luar negeri itu, Ganjar mengungkapkan, menggabungkan antara SMK dengan industri merupakan salah satu mimpinya. Mutlak dalam prosesnya harus ada pembelajaran industri dan perusahaan.
“Anak-anak kita sudah mulai bisa punya orientasi mau kerja di mana,” sambungnya.
Pihaknya menawarkan dari perusahaan yang ada di KIK bila menghendaki kualifikasi tertentu dari siswa SMK, maka akan dipenuhinya. Termasuk nantinya sekolah akan memperbaiki kurikulum supaya sesuai dengan kebutuhan di dunia industri. Sehingga tidak hanya satu konsep saja belajar di sekolah, tapi mengerti juga praktiknya. Bahkan, siswa bisa mengenal produk.
Nantinya diharapkan siswa SMK akan memiliki gambaran akan bekerja di perusahaan apa setelah mereka lulus. Tentunya berdasarkan dengan keahlian siswa yang diharapkan perusahaan, termasuk bahasanya.
“Di beberapa tenant (penyewa) di KIK seperti dari Jepang, Eropa, Amerika, atau lainnya, siswa SMK harus bisa berbahasa Inggris, atau dari Tiongkok maka siswa harus bisa China. Itu bisa kita siapkan dari sekarang. Nah ini rintisan yang sudah beberapa tahun ini kita siapkan, agar link and match ini betul-betul bertemu,” ujarnya.
Direktur Eksekutif KIK, Didik Purbadim engatakan, keberadaan KIK selain membangun ekonomi juga sosial.
“Link and match itu merupakan bagian penting agar industri bisa sustain, bisa kelanjutan. Jadi aspek sumberdaya manusia sangat penting untuk pengembangan industri di Jawa Tengah,” kata Didik.
Dia menjelaskan di KIK terdapat 62 investor dari delapan negara, seperti Taiwan, China, Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Pada saat ini ada sekitar sembilan industri sudah beroperasi, 15 perusahan lain sedang konstruksi, dan pada 2021 akan beroperasi.
“Tentunya kesiapan SDM sangat dibutuhkan. Mulai saat ini sudah dijalin antara industri dan SMK,” tuturnya.
Penjabat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Padmaningrum membeberkan, saat ini keterserapan siswa SMK ke perusahaan terbilang tinggi. Dari 1.600 unit SMK itu terserap hingga 82 persen ke dunia industri. Sedangkan 13 persen dari mereka melanjutkan ke perguruan tinggi dan sisanya masuk daftar tunggu, berwirausaha, dan lainnya.
“Link and match itu antara dunia sekolah dengan dunia sekolah itu sama,” kata Padmaningrum.
Praktis, gol dari SMK adalah siswa sudah siap masuk industri. Sebab dasar tenaga kerja sudah disiapkan di sekolah yang ditiru dari perusahaan. Selain juga, sekolah mendukung siswa agar menjaga kesehatan.
“Sekolah tidak bisa melepaskan diri dari masalah kesehatan. Jadi olahraga, ilmu, itu sangat penting untuk memperkuat SDM kita,” jelasnya. (*)