JAKARTA, RAKYATJATENG – Kanker merupakan penyakit mematikan dan ditakuti oleh seseorang. Salah satunya adalah kanker limfoma.
Limfoma adalah kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan kelenjar limfe atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem limfatik akan membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi. Tetapi jika sel-sel limfosit B dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem kekebalan tubuh akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, sekitar 1.000 orang setiap hari di dunia, didiagnosis menderita limfoma. Sementara di Indonesia, sebagaimana data Globocan 2018, sebanyak 35.490 orang didiagnosis limfoma dalam lima tahun terakhir.
Sekitar 7.565 orang meninggal dunia. “Angka kematian yang cukup tinggi ini karena lambatnya deteksi sehingga penanganannya sudah pada stadium lanjut,” kata Pakar Hematologi dan Onkologi Medik Dr. Ronald. A. Hukom, MHSc, Sp.PD, KHOM dari RS, FINASIM dari Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) di acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia baru-baru ini.
Ronlad memaparkan, Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem Limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Limfoma disebabkan oleh perubahan sel-sel limfosit B atau T, yaitu sel darah putih yang dalam keadaan normal atau sehat berfungsi menjaga daya tahan tubuh dan menangkal berbagai jenis infeksi.
“Pada kasus limfoma, sel B atau T ini membelah lebih cepat, tak terkontrol, dan hidup lebih lama dari biasanya,” jelas dia.
Ronald mengingatkan penyakit ini gejalanya tidak khas alias samar. Selain deteksi lebih dini, karena penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh, maka harus diperhatikan cara pencegahan dengan menjaga gaya hidup sehat.
“Seperti pola makan sehat, tidak merokok, dan banyak aktivitas fisik,” tegas dia.
Menurutnya, apapun jenis kanker akan lebih mudah diobati jika diketahui sejak dini. Di sisi lain, masih ada pasien yang tidak berobat ke dokter yang tepat.
“Atau memilih pengobatan melalui jalur alternatif, atau dukun,” jelas Dr. Ronald.
Sementara, Pendiri CISC Indonesia Aryanthi Baramuli Putri berharap kegiatan peringatan Har Peduli Limfoma dapat memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat. Tidak hanya untuk pasien limfoma.
“Sehingga semakin dini limfoma diketahui, maka semakin tinggi tingkat kesembuhannya,” ungkap dia. (ika/JPC)