Langganan Banjir, Ribuan Warga Brebes Blokade Tol Brexit
RAKYATJATENG, BREBES - Ribuan warga Desa Krasak, Kecamatan Brebes, Jateng, memblokade ruas tol Brebes Timur (Brexit), tepatnya di KM 267, Rabu (21/2).
Mereka melakukan aksi demonstrasi dengan menutup tol tersebut lantaran selalu menjadi korban banjir, akibat saluran Sungai Sigeleng yang berada di bawah jalan tol menjadi sempit.
Dari pantauan di lapangan, aksi yang memakan waktu hingga kurang lebih 3,5 jam tersebut menyebabkan ruas tol Brebes-Pejagan lumpuh.
Alhasil, kendaraan yang mau masuk ke jalan tol terpaksa dialihkan ke jalur Pantura dan masuk melalaui tol Brebes Barat.
Dalam aksinya, warga menuntut pengelola tol bertanggung jawab atas dampak yang dialami oleh warga sekitar tol. Tuntutan tersebut sebenarnya sudah berulangkali disampaikan. Namun, hingga kini tidak pernah direalisasikan.
Bahkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah mengeluarkan surat untuk mengkaji ulang kondisi saluran Sungai Sigeleng, tetapi belum juga ada tindak lanjut.
Warga juga bersikeras untuk menutup jalan tol sampai tuntutannya terpenuhi. Bahkan, Bupati Brebes Idza Priyanti bersama Kapolres Brebes AKBP Sugiarto dan Dandim 0713 Brebes Lektol Inf Akhmad Hadi Hariono, yang menemui pendemo dan mencoba menfasilitasi warga juga belum berhasil.
Namun, setelah satu buah alat berat diterjunkan untuk melakukan pengerukan, warga sedikit melunak.
Perwakilan PT Pejagan Pemalang Toll Road, selaku pengelola tol juga menemui warga untuk memberikan penjelasan terkait realisasi tuntutan warga tersebut. Kendati demikian, mereka tetap melakukan aksi blokade jalan tol.
“Tuntutan kami hanya meminta pembangunan jembatan di atas Sungai Cigeleng. Kalau hanya gorong-gorong tidak cukup untuk menampung air, apalagi kemarin ada luapan dari Sungai Pemali yang mengakibatkan rumah di sekitar sungai terendam,” ungkap Saroni, koordinator aksi demontrasi.
Dia mengatakan, kondisi gorong-gorong yang sempit menjadi penyebab terjadinya banjir di desanya.
Sebelum ada tol, kata dia, warga di sekitar sungai tidak pernah terkena banjir. Namun, setelah adanya pembangunan tol, dua tahun berturut-turut setiap musim penghujan desanya selalu kebanjiran.
“Banjir kali ini lebih parah dibanding tahun lalu. Ini disebabkan lebar gorong-gorong hanya empat meter dan ketinggian 2,5 meter. Jelas tidak mampu menampung debit air yang tinggi,” tegasnya.
“Idealnya lebar tepian sungai itu kurang lebih 10 meter dan ketinggian mencapai 4,5 meter, sehingga mampu untuk menampung air,” lanjutnya.
Akibanya, warga disekitar sungai mengalami kerugian yang cukup besar. Selain rumah, ratusan hektare lahan pertanian juga ikut terendam saat musim hujan turun.
“Belasan miliar rupiah, warga di sini mengalami kerugian. Ini karena tanaman bawang merah yang gagal panen dan perabotan rumah yang hanyut,” katanya.
Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan, persoalan utama yang dihadapi warga Krasak adalah masalah saluran di bawah jalan tol. Sebagai langkah jangka pendek, pihaknya telah meminta dilakukan normalisasi saluran dengan alat berat.
Sedangkan untuk solusi jangka panjang, sebagaimana tuntutan warga untuk memperbesar saluran atau dibuatkan jembatan, pihaknya akan upayakan dengan berkonsultansi dan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Sebab, jalan tol menjadi kewenangan pusat.
“Kita akan berkordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Karena itu, kita ajak perwakilan warga untuk diskusi di Pendapa,” terangnya.
Sementara itu, Manajer Fisik PT Pejagan Pemalang Toll Road Mulya Setiawan menjelaskan, akan segera menyampaikan tuntutan warga ke pusat.
Menurut dia, untuk mengatasi persoalan yang dihadapi warga ada banyak solusi yang bisa dilaksanakan. Di antaranya membangun jembatan atau pelebaran gorong-gorong. Namun sesuai peraturan, jika membangun jembatan tol tidak boleh ada tiang pancang di tengah.
“Saat awal pembangunan ini kita sudah memperhatikan sejumlah aspek, termasuk perhitungan lebar sungai. Saya kira banjir yang terjadi tidak hanya akibat gorong-gorong, melainkan tidak adanya normalisasi sungai juga bisa,” katanya. (jpnn)