FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Beberapa tahun lalu, diagnosis positif HIV atau AIDS seringkali diibaratkan seperti bunyi lonceng kematian. Namun, saat ini perkembangan dunia pengobatan kini HIV sebenarnya ada obatnya.
Seperti halnya dengan penyakit kronis atau menahun lainnya. Meskipun tidak dapat menghilangkan penyakit, namun dengan terapi obat yang tepat dapat membantu memperpanjang harapan hidup.
Dengan menjalani terapi Anti Retroviral (ARV), orang yang terinfeksi virus HIV tetap bisa memiliki umur yang panjang, sehat, dan produktif. Terapi ARV secara teratur sangat penting bagi orang dengan HIV positif, karena akan menekan jumlah virus HIV yang ada di tubuh sekaligus menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).
“Minum obat ARV bagi mereka yang HIV positif akan mencegah penularan pada orang lain, mencegah munculnya gejala AIDS, menjaga produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup”, kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M. Subuh, Rabu (6/12).
Subuh mengatakan, selama ini bahkan hingga saat ini, pemerintah tetap menjamin ketersediaan pengobatan ARV. Pada 2017, Kemenkes menganggarkan dana lebih kurang Rp 800 miliar agar masyarakat, khususnya orang dengan HIV-AIDS atau para ODHA, bisa mendapatkan dan memanfaatkannya secara gratis.
Menurut Subuh, semua ODHA bisa memulai Terapi ARV. Pada masa lalu, tidak semua ODHA bisa memulai terapi ARV, hanya ODHA dengan persyaratan klinis tertentu (CD4<350).
Namun, kata dia, penelitian klinis beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi HIV sebaiknya memulai terapi ARV dini (tanpa memandang jumlah CD4). Sebab, itu terbukti memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan dan ketahanan hidup pasien.
“Karena itu, Kemenkes menyambut baik kabar gembira tersebut dengan melakukan inovasi treat all pada 2018. Yakni semua ODHA di Indonesia dapat memulai terapi ARV berapapun jumlah CD4 nya,” pungkasnya. (Fajar/JPC)