Warga Kanada Minta Copot Gelar Kehormatan Suu Kyi
FAJAR.CO.ID - Sikap lamban Aung San Suu Kyi terkait krisis Rohingya juga membuat warga Kanada kesal.
Warga Negeri Mapel ini mendesak pemerintahnya mencopot gelar warga kehormatan yang disematkan kepada Suu Kyi.
Suu Kyi dihadiahi gelar kehormatan pada 2008 karena dianggap sebagai tokoh demokrasi. Namun, melihat kondisi di Myanmar dan lambannya sikap Suu Kyi saat melihat adanya konflik sosial di negaranya, membuat Kanada gerah.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan toleransi, warga Kanada enggan Suu Kyi menjadi bagian dari mereka.
Anwar Arkani, salah satu etnis Rohingya yang kini menetap di Kanada, mengatakan lebih dari 17 anggota keluarganya masih terlunta-lunta di Myanmar.
“Saya sebagai etnis Rohingya tidak bisa tinggal diam. Masih banyak keluarga kami yang disiksa di sana,” ujar Arkani. Dia bersyukur bisa keluar dari penderitaan dan memiliki kehidupan nyaman di Kanada.
“Kami mendesak Pemerintah Kanada bersikap tegas kepada Suu Kyi,” ujar Arkani.
Sejauh ini Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sudah menyampaikan kecewanya atas sikap Pemerintah Myanmar yang dianggap lalai menangani nasib Rohingya.
“Kanada sangat khawatir dengan kondisi warga Rohingya. Warga negara seharusnya dilindungi pemerintah,” kicau Trudeau di medsos Twitter.
Ubah Aturan Nobel
Setelah aturan menyebutkan hadiah Nobel Perdamaian Suu Kyi tidak bisa dicopot, meluncurlah petisi baru yang mendesak komite Nobel Perdamaian mengubah peraturan mereka. Kemarin, petisi itu sudah ditandatangani lebih dari 600 ribu orang.
Mereka mendesak komite Nobel perdamaian di Oslo, Norwegia, mengubah peraturan internal sehingga Nobel Perdamaian untuk Aung San Suu Kyi bisa dicabut karena dianggap tak berbuat banyak untuk mengatasi krisis Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Rencananya petisi ini akan disampaikan ke Komite di Oslo begitu mencapai satu juta pendukung, kata salah seorang inisiator petisi, Agus Sari.
“Kami berencana menyerahkan langsung petisi ini ke Komite Nobel pada saatnya nanti. Kami sadar mereka sudah mengatakan tidak bisa mencabut Nobel (untuk Aung San Suu Kyi), tapi yang ingin kami sampaikan adalah Aung San Suu Kyi tidak layak menerimanya,” terang Agus.
Selain tak dapat dicabut, bekas anggota komite Nobel Perdamaian Gunnar Stalsett mengatakan, komite juga tidak dapat mengeluarkan kecaman.
“Hadiah (Nobel) Perdamaian tak pernah dicabut dan Komite tidak mengeluarkan kecaman atau mengkritik penerima hadiah,” ujar Stalsett.
“Prinsip yang kami anut adalah bahwa keputusan (pemberian Hadiah Nobel) bukan deklarasi seorang yang suci,” kata Stalsett.
“Saat keputusan telah dibuat dan hadiah diberikan, itulah akhir tanggung jawab Komite,” tambahnya.
Agus mengatakan pihaknya menghormati Anggaran Dasar atau aturan internal Komite Nobel. Tapi ada baiknya Komite sekarang melakukan kajian atau evaluasi untuk mencerminkan situasi yang berkembang di lapangan. (*/rmol/fajar)