Penerapan Full Day School Matikan Pendidikan Lingkungan

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Wacana penerapan full day school dengan waktu belajar di sekolah 8 jam menuai pro kontra dari semua pihak. Tidak terkecuali dari kalangan agama. Sebab belajar di sekolah selama itu akan mematikan pendidikan di madrasah diniyah dan sejenisnya. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil-Kemenag) Riau Ahmad Supardi menilai kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yang akan memberlakukan Full Day School dengan 8 jam belajar di sekolah bakal meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan itu tentunya dengan mengoptimalkan dan mensinergikan tiga basis pendidikan. “Sekolah, rumah/keluarga, dan lingkungan. Hal ini satu langkah maju dalam bidang pendidikan,” katanya seperti dilansir Riau Pos (Jawa Pos Group), Rabu (14/6). Menurutnya penerapan delapan jam belajar it bukan hanya di sekolah saja. Namun harus ada kombinasi pendidikan di tempat lain. Baik di rumah maupun di lingkungan. Jika tiga sisi ini digabungkan tentunya akan memiliki nilai yang sangat bagus. Sebab usai di sekolah, anak-anak akan melanjutkan pendidikan di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah, taman pendidikan alquran (TPS) dan sejenisnya. Dia menilai waktu belajar dari pukul 07.00-14.00 terdapat di sekolah, lantas dilanjutkan di rumah dari pukul 14.00-15.00 dan belajar lingkungan yakni di madrasah diniyah dari jam 15.00 hingga jam 18.00. Jika pola ini diterapkan, tentunya itu dipandang sebagai bagian integral dari pendidikan. Tetapi jika full day school diterapkan penuh di sekolah, maka akan mematikan MDTA, MDA, atau sejenisnya. Sebab lembaga pendidikan itu terdapat di masjid. Alasan Ahmad Supardi memertahankan pendidikan di lingkungan seperti MDA, MDTA, dan sejenisnya karena telah terbukti dan teruji dalam membina dan mendidik anak-anak dalam bidang pendidikan agama. Pendidikan di MDA ini menjadi tambahan mata pelajaran agama yang sangat sedikit di sekolah, yakni 3 jam pelajaran setiap minggu. “Saya kira hal ini yang harus dijaga, sebab bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius dan berkarakter sopan santun serta hormat dan lemah lembut kepada orang lain,” tandasnya. (Fajar/JPG)    
  • Bagikan

Exit mobile version