Hong Kong (RAKYATJATENG) - Kepolisian Hong Kong pada Minggu menyatakan bahwa mereka telah menahan delapan orang di dekat sebuah taman, empat di antaranya karena "menghasut dan berperilaku tidak tertib" ketika pihak berwajib memperketat pengamanan peringatan 34 tahun peristiwa Lapangan Tiananmen.
Dalam peristiwa pada 4 Juni 1989 itu, tentara China menindak keras demonstran pro-demokrasi.
Pembatasan di Hong Kong melemahkan upaya untuk memperingati peristiwa paling berdarah itu, tetapi kota-kota besar lainnya, seperti London, New York, Berlin dan Taipei, tetap akan memperingati peristiwa tersebut.
Acara peringatan pada Minggu itu diperkirakan digelar di setidaknya 30 kota yang tersebar di Amerika Utara, Eropa dan Asia.
Delapan orang tersebut ditangkap dekat Taman Victoria, di mana para aktivis sejak 1989 setiap tahun berkumpul untuk memperingati peristiwa Lapangan Tiananmen.
Di antara mereka yang ditangkap terdapat artis Sanmu Chan yang meneriakkan "Jangan lupakan peristiwa 4 Juni. Warga Hong Kong jangan takut."
Menurut keterangan polisi, kedelapan orang itu ditahan karena "memperlihatkan peralatan unjuk rasa berisi kata-kata menghasut, berteriak dan perilaku melawan hukum."
Para aktivis Hong Kong menuduh tindakan polisi merupakan bagian dari kampanye Pemerintah China untuk menumpas perlawanan di kota tersebut, yang dijanjikan kebebasan khusus selama 50 tahun di bawah kebijakan satu negara dua sistem sejak diserahkan kembali oleh kolonial Inggris pada 1997.
Kepolisian meningkatkan keamanan di seluruh Hong Kong sepanjang tahun ini dengan mengerahkan 6.000 personil, termasuk polisi anti huru-hara dan anti terorisme.
"Polisi sangat khawatir dengan sebagian orang yang mencoba menghasut dan memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan melawan hukum dan membahayakan keamanan nasional, ketertiban dan keamanan masyarakat," kata kepolisian dalam sebuah pernyataan.
"Kesimpulan yang Jelas"
Meski ada peringatan polisi, sebagian individu, termasuk pemilik toko buku, secara diam-diam memperingati peristiwa 4 Juni tersebut.
Chow Hang-tung, aktivis Hong Kong yang dipenjara dan salah satu pemimpin kelompok Alliance dan sebelumnya mengoordinasikan peringatan 4 Juni di Hong Kong, melalui akunnya di Facebook mengatakan bahwa ia akan melakukan mogok makan selama 34 jam di penjara.
Di China daratan, hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa Lapangan Tiananmen, di mana tentara melepaskan tembakan ke arah ribuan demonstran yang menimbulkan korban ratusan, tabu untuk dibicarakan.
Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China saat ditanya tentang respons pemerintah atas peringatan peristiwa Tiananmen di seluruh dunia, menegaskan bahwa pemerintah mempunyai "kesimpulan yang jelas atas kerusuhan politik pada akhir 1980-an itu".
Taiwan, yang diperintah secara demokratis, menjadi satu-satunya wilayah berbahasa China yang memperingati peristiwa itu dengan bebas dan terbuka. Di pulau itu, para aktivis akan berkumpul di Liberty Square di Taipei.
William Lai, salah satu calon pemimpin Taiwan pada pemilihan umum mendatang, menulis di Facebook bahwa apa yang terjadi di Beijing pada 1989 tersebut harus didiskusikan dan diperingati.
"Peringatan peristiwa 4 Juni terus diadakan di Taipei, yang memperlihatkan bahwa demokrasi dan sikap otoriter adalah pembeda terbesar antara Taiwan dan China," katanya.
Baca juga: Xi Jinping hadiri peringatan Hari Martir di Tiananmen
Baca juga: Merah-Putih berkibar di Kota Terlarang-Tiananmen saat kunjungan Jokowi
Dalam peristiwa pada 4 Juni 1989 itu, tentara China menindak keras demonstran pro-demokrasi.
Pembatasan di Hong Kong melemahkan upaya untuk memperingati peristiwa paling berdarah itu, tetapi kota-kota besar lainnya, seperti London, New York, Berlin dan Taipei, tetap akan memperingati peristiwa tersebut.
Acara peringatan pada Minggu itu diperkirakan digelar di setidaknya 30 kota yang tersebar di Amerika Utara, Eropa dan Asia.
Delapan orang tersebut ditangkap dekat Taman Victoria, di mana para aktivis sejak 1989 setiap tahun berkumpul untuk memperingati peristiwa Lapangan Tiananmen.
Di antara mereka yang ditangkap terdapat artis Sanmu Chan yang meneriakkan "Jangan lupakan peristiwa 4 Juni. Warga Hong Kong jangan takut."
Menurut keterangan polisi, kedelapan orang itu ditahan karena "memperlihatkan peralatan unjuk rasa berisi kata-kata menghasut, berteriak dan perilaku melawan hukum."
Para aktivis Hong Kong menuduh tindakan polisi merupakan bagian dari kampanye Pemerintah China untuk menumpas perlawanan di kota tersebut, yang dijanjikan kebebasan khusus selama 50 tahun di bawah kebijakan satu negara dua sistem sejak diserahkan kembali oleh kolonial Inggris pada 1997.
Kepolisian meningkatkan keamanan di seluruh Hong Kong sepanjang tahun ini dengan mengerahkan 6.000 personil, termasuk polisi anti huru-hara dan anti terorisme.
"Polisi sangat khawatir dengan sebagian orang yang mencoba menghasut dan memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan melawan hukum dan membahayakan keamanan nasional, ketertiban dan keamanan masyarakat," kata kepolisian dalam sebuah pernyataan.
"Kesimpulan yang Jelas"
Meski ada peringatan polisi, sebagian individu, termasuk pemilik toko buku, secara diam-diam memperingati peristiwa 4 Juni tersebut.
Chow Hang-tung, aktivis Hong Kong yang dipenjara dan salah satu pemimpin kelompok Alliance dan sebelumnya mengoordinasikan peringatan 4 Juni di Hong Kong, melalui akunnya di Facebook mengatakan bahwa ia akan melakukan mogok makan selama 34 jam di penjara.
Di China daratan, hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa Lapangan Tiananmen, di mana tentara melepaskan tembakan ke arah ribuan demonstran yang menimbulkan korban ratusan, tabu untuk dibicarakan.
Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China saat ditanya tentang respons pemerintah atas peringatan peristiwa Tiananmen di seluruh dunia, menegaskan bahwa pemerintah mempunyai "kesimpulan yang jelas atas kerusuhan politik pada akhir 1980-an itu".
Taiwan, yang diperintah secara demokratis, menjadi satu-satunya wilayah berbahasa China yang memperingati peristiwa itu dengan bebas dan terbuka. Di pulau itu, para aktivis akan berkumpul di Liberty Square di Taipei.
William Lai, salah satu calon pemimpin Taiwan pada pemilihan umum mendatang, menulis di Facebook bahwa apa yang terjadi di Beijing pada 1989 tersebut harus didiskusikan dan diperingati.
"Peringatan peristiwa 4 Juni terus diadakan di Taipei, yang memperlihatkan bahwa demokrasi dan sikap otoriter adalah pembeda terbesar antara Taiwan dan China," katanya.
Baca juga: Xi Jinping hadiri peringatan Hari Martir di Tiananmen
Baca juga: Merah-Putih berkibar di Kota Terlarang-Tiananmen saat kunjungan Jokowi
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2023