Jakarta (RAKYATJATENG) - Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha memandang bahwa pasar obligasi berpotensi membaik seiring dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan potensi kebijakan suku bunga The Fed yang lebih akomodatif.

“Kedua katalis tersebut dapat mendorong penguatan pasar obligasi lebih lanjut. Secara historis, pasar obligasi Indonesia menawarkan potensi kinerja yang menarik menyusul jeda kenaikan suku bunga,” ujar Dimas dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu.

Dimas mengatakan, pasar obligasi memiliki hubungan erat dengan outlook makroekonomi, seperti inflasi, kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus dana asing.

Pihaknya menyebut pasar obligasi Indonesia saat ini berada pada sweet spot, yang mana faktor-faktor outlook makroekonomi tersebut pada kondisi yang suportif.

“Inflasi domestik terus melandai, suku bunga sudah di level stabil, nilai tukar rupiah yang kuat, dan terdapat arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi,” ujar Dimas.

Dengan kondisi inflasi terjaga dan nilai tukar rupiah yang stabil, Ia menyebut terdapat ruang bagi BI untuk dapat melakukan pemangkasan suku bunga yang dapat menjadi katalis tambahan bagi pasar obligasi.

“Investor yang ingin memanfaatkan peluang dari pasar obligasi dapat memanfaatkan reksa dana pendapatan tetap berdenominasi rupiah ataupun dolar AS,” ujar DImas.

Bloomberg melaporkan, arus dana asing mengalir ke pasar modal Indonesia sebesar Rp76 triliun selama empat bulan awal tahun 2023, yang mana sekitar 76 persen atau Rp58 triliun masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia.

Selain itu, Dimas menyebut kawasan Asia relatif menarik, yang mana International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan PDB Asia di 2023 meningkat menjadi 4,6 persen, didorong pemulihan ekonomi China yang lebih baik dari ekspektasi.

 

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023