New York (RAKYATJATENG) - NEW YORK CITY, 29 Mei (Xinhua) -- Resesi telah terjadi di Amerika Serikat (AS), tetapi hal tersebut tidak disadari, menurut ekonom terkemuka David Rosenberg, menyoroti data yang menunjukkan penurunan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) AS secara berturut-turut untuk mendukung argumennya, seperti dilaporkan portal berita bisnis Insider.
Pendiri sekaligus presiden Rosenberg Research itu mengacu pada data pendapatan domestik bruto, ukuran utama aktivitas ekonomi, yang dirilis pekan lalu dan menunjukkan penurunan 2,3 persen pada kuartal pertama dalam basis tahunan yang disesuaikan secara musiman setelah mengalami kontraksi 3,3 persen pada kuartal keempat 2022, sebagai bukti terjadinya resesi.
"Jika dirata-ratakan dengan PDB, ekonomi (AS) mengalami kontraksi selama empat kuartal berturut-turut dan dalam empat dari lima (kuartal) terakhir. Resesi telah terjadi dan tidak ada yang menyadarinya," tulis laporan tersebut, yang mengutip pernyataan Rosenberg dalam sebuah cuitan di Twitter pada Kamis (25/5) lalu.
Ekonom veteran itu secara konsisten membuat pernyataan pesimis tentang ekonomi AS tahun ini. Dalam sebuah cuitan sebelumnya, Rosenberg mengatakan bahwa indeks acuan S&P 500 mengisyaratkan resesi seiring jatuhnya saham-saham utama yang berkaitan erat dengan ekonomi riil.
"Kekhawatiran resesi telah menghantui para investor selama berbulan-bulan, setelah Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga dari level mendekati nol menjadi lebih dari 5 persen selama 14 bulan terakhir dalam upaya untuk meredam inflasi," tulis laporan tersebut.
Dipadukan dengan gejolak di sektor perbankan dan tekanan kredit selanjutnya, hal itu memicu kekhawatiran bahwa AS akan terjerembap ke dalam resesi, tambah laporan tersebut.
Pendiri sekaligus presiden Rosenberg Research itu mengacu pada data pendapatan domestik bruto, ukuran utama aktivitas ekonomi, yang dirilis pekan lalu dan menunjukkan penurunan 2,3 persen pada kuartal pertama dalam basis tahunan yang disesuaikan secara musiman setelah mengalami kontraksi 3,3 persen pada kuartal keempat 2022, sebagai bukti terjadinya resesi.
"Jika dirata-ratakan dengan PDB, ekonomi (AS) mengalami kontraksi selama empat kuartal berturut-turut dan dalam empat dari lima (kuartal) terakhir. Resesi telah terjadi dan tidak ada yang menyadarinya," tulis laporan tersebut, yang mengutip pernyataan Rosenberg dalam sebuah cuitan di Twitter pada Kamis (25/5) lalu.
Ekonom veteran itu secara konsisten membuat pernyataan pesimis tentang ekonomi AS tahun ini. Dalam sebuah cuitan sebelumnya, Rosenberg mengatakan bahwa indeks acuan S&P 500 mengisyaratkan resesi seiring jatuhnya saham-saham utama yang berkaitan erat dengan ekonomi riil.
"Kekhawatiran resesi telah menghantui para investor selama berbulan-bulan, setelah Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga dari level mendekati nol menjadi lebih dari 5 persen selama 14 bulan terakhir dalam upaya untuk meredam inflasi," tulis laporan tersebut.
Dipadukan dengan gejolak di sektor perbankan dan tekanan kredit selanjutnya, hal itu memicu kekhawatiran bahwa AS akan terjerembap ke dalam resesi, tambah laporan tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2023