RAKYATJATENG-- Kejutan tidak terjadi pada perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-50 PDIP. Tiada nama capres diumumkan Mega.
Hal itu diduga sengaja dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada Puan Maharani agar dapat meningkatkan elektabilitas dan popularitas hingga 1 Juni mendatang.
Dalam pidatonya, Megawati menyampaikan akan mengadakan pertemuan besar lagi pada Juni 2023 mendatang di Gelora Bung Karno (GBK).
“Di situlah kemungkinannya Megawati akan memberikan tiket bakal capres kepada Puan Maharani," ujar Selamat Ginting, Ketua Bidang Politik Pusat Studi Literasi Komunikasi Politik Universitas Nasional (Unas).
Apalagi, pendaftaran bakal capres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru bisa dilakukan pada November 2023. Masih ada waktu sekitar sembilan bulan bagi Puan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas politiknya.
Puan adalah putri mahkota yang dipersiapkan Megawati untuk meneruskan trah Seokarno bersama dengan putra mahkota Prananda Prabowo. Tipis kemungkinan Megawati akan memberikan tiket bakal capres kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Walaupun Ganjar memiliki elektabilitas dan popularitas cukup tinggi,” ungkapnya.
Wajar dan logis, jika Megawati menyiapkan putri mahkota dan putra mahkota untuk bakal capres maupun meneruskan kepemimpinan di PDIP. Apalagi, Megawati sudah memimpin partainya selama 30 tahun.
PDI dan PDIP merupakan reinkarnasi politik dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang digagas Seokarno pada 1947.
Setelah memimpin PDI dan PDIP selama 30 tahun, maka dalam waktu dekat, Megawati harus menyerahkan tongkat estafet kepemimpinannya kepada Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Apalagi, usia Megawati tahun ini sudah 76 tahun. Usia yang hampir sama saat Presiden Soeharto kala lengser dari kursi kepresidenan.
“Jangan lupa pula usia harapan hidup orang Indonesia saat ini sekitar 71-72 tahun. Jadi, saatnya Megawati turun dari gelanggang politik," urainya.
Megawati belajar dari kekurangan mantan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto yang tidak menyiapkan putra dan putri mahkota. Megawati baru bisa tampil sebagai figur politik setelah sekitar 25 tahun ayahnya lengser dari kursi kepresidenan.
"Mungkin bagi Megawati inilah to be or not to be. Jadi atau tidak jadi, sekaranglah waktunya menaikkan Puan dan Prananda," papar mantan wartawan itu.
Saat perayaan HUT, Prananda ditempatkan duduknya berdampingan dengan Presiden Jokowi. Prananda juga menjadi semacam ketua penilai partai terhadap para kader PDIP untuk bakal capres 2024 mendatang.
Kunci PDIP ada di tangan Megawati, Puan, dan Prananda. “Bukan pada Jokowi maupun Ganjar. Megawati juga sudah membuat garis demarkasi, urusan penentuan capres ada pada dirinya secara mutlak," bebernya.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, sebelum acara perayaan Bulan Bung Karno pada 1 Juni mendatang, Megawati dan Jokowi akan bertemu. Keduanya akan membahas berbagai persoalan, mulai ancaman krisis ekonomi sampai persiapan pemilu.
“Persiapan pemilu ke depan agar tidak grusa-grusu,” ungkapnya.
Apakah pertemuan Megawati dan Jokowi akan membahas nama capres yang akan diusung pada pilpres mendatang? Yang jelas, juga membahas pemilu. Jadi berbagai persoalan terkait dengan pemilu akan dibahas. Terkait nama capres dari PDIP, hal itu menjadi hak prerogatif Megawati sebagai ketua umum partai.
Megawati diberikan mandat oleh kongres partai untuk menentukan capres. Menurut dia, Megawati akan mengumumkan capres dalam momen yang tepat. PDIP mempunyai banyak kader yang berprestasi dan siap menjadi calon pemimpin nasional. (lum/jpg/zuk)