RAKYATJATENG-- Strategi Sapta Usaha Tani, inovasi diversifikasi komoditas dan petani milenial membuat sektor pertanian Jawa Tengah mengalami lompatan luar biasa. Provinsi yang dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo ini sepanjang 2020-2021 memiliki peningkatan ekspor sebesar Rp8,3 triliun untuk komoditas pertanian.
Pada 2021, Jateng menjadi pemasok produksi padi terbesar kedua di Indonesia setelah Jatim dengan 9,6 juta ton. Komoditas hortikultura berupa tanaman pangan dan perkebunan seperti kedelai, petai, jengkol, kapulaga, dan kopi, juga diminati pasar internasional.
Bahkan, kopi hasil produksi pertanian Jawa Tengah sudah memiliki sembilan negara tujuan ekspor, yakni Mesir, Italia, Georgia, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Spanyol, Korea Selatan dan Taiwan.
Pencapaian dalam bidang pertanian, membuat Jateng merengkuh penghargaan Abdi Bakti Tani Tahun 2021 dari Kementerian Pertanian RI (Kementan) untuk Kategori Provinsi dengan Nilai Ekspor Komoditas Pertanian Tertinggi. Komitmen Ganjar dalam pelayanan dan tata kelola pupuk bersubsidi, juga membuat Kementan menganugerahkan penghargaan di tahun 2022, atau empat kali beruntun sejak 2019.
Dunia pertanian Jateng makin berkibar menyusul tren pertanian organik yang ramah lingkungan, dan munculnya petani-petani milenial sebagai bagian dari inovasi. Keberadaan petani milenial saat ini mencapai 33,7 persen dari sekitar 3 juta petani di Jateng. Mereka punya SDM berkualitas, inovatif dan adaptif terhadap teknologi sehingga berkontribusi dalam modernisasi pertanian.
Riza Azyumarridha Azra, founder Rumah Mocaf Indonesia mengungkapkan, ketertarikan menekuni dunia pertanian karena melihat produksi singkong yang melimpah di tempat tinggalnya, Banjarnegara, Jateng. Menurut sarjana teknik elektro itu, singkong belum banyak dibudidayakan sebagai tepung mocaf yang memiliki kateristik sama dengan tepung terigu.
Di resto Rumah Mocaf miliknya, anak – anak muda biasa nongkrong untuk menikmati kreasi sajian menu kekinian seperti fried chiken, mie ayam dan semua terbuat dari mocaf, sebagai bentuk edukasi
‘’Dunia persingkongan kami jadikan salah satu langkah Jateng untuk kedaulatan lokal, membantu petani singkong dan Indonesia bisa berdaulat pangan tanpa harus mengimpor,’’ katanya, seperti dikutip dari video Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Selasa (20/12).
Sedangkan tren konsumsi sayuran organik menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Petani milenial asa Getasan, Kabupaten Semarang, Sofyan Adi Cahyono terpacu mengembangkan pertanian organik atau tanpa bahan kimia.
Usai lulus kuliah di jurusan pertanian, Sofyan pun mencari informasi mengenai pasar untuk sayuran. Kini dia pun memiliki kebun pertanian organik dan mengajak 30-an pemuda di desanya untukbergabung di Kelompok Tani Citra Muda.
Apa yang dilakukan Sofyan cukup menjanjikan. Mereka bisa meraup omzet Rp 100 juta hingga 150 juta perbulan. Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, permintaan bukan turun tapi malah meroket "Omzet sekitar Rp 300 jutaan," ujar Duta Petani Milenial Kementan itu.
Saat menghadiri Soropadan Agro Expo di Temanggung, Oktober 2022 lalu, Ganjar Pranowo optimistis petani milenial di Jateng dapat mewujudkan kedaulatan pangan.
Menurutnya, petani milenial telah terbukti memiliki banyak inovasi pertanian yang bermanfaat dalam mendorong produksi. Hal itu terlihat dari cara bertani mereka sangat modern.
"Ini optimisme kita. Di tengah situasi yang sulit, kita punya banyak sekali tanaman pangan alternatif, termasuk produk-produk yang lain," kata Ganjar.(wartaekonomi/rakyatjateng)