RAKYAT JATENG, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat pesisir selatan Banten selalu mewaspadai adanya potensi tsunami hingga 30 meter. BPBD Kabupaten Lebak pun telah memetakan 120 titik jalur evakuasi.
”Kami minta warga pesisir selatan Banten tetap waspada, namun tidak panik berlebihan,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang Tarjono seperti dilansir dari Antara di Serang, Jumat (4/11).
Tarjono mengemukakan, informasi terkait potensi tsunami di pesisir selatan Banten sebenarnya bukan hal yang baru alias sudah lama. Peringatan potensi ini berdasarkan hasil kajian keilmuan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), BMKG dan instansi lain.
”Potensi gelombang tsunami hingga 30 meter itu, dimana di laut selatan Jawa terdapat pertemuan lempengan Indo – Australia dan Eurasia. Kedua lempengan itu di laut selatan Banten kerap terjadi gempa tektonik di bawah magnitudo 5,” terang Tarjono.
Berdasarkan hasil penerlitian itulah, masyarakat pesisir selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Banten selalu diingatkan untuk selalu waspada potensi gelombang tsunami tersebut.
Kewaspadaan ini penting, karena jika terjadi gempa dahsyat, masyarakat bisa segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat-tempat yang tinggi yang aman dan tidak menunggu sirine.
Berdasar hasil kajian keilmuan, potensi gelombang tsunami itu dengan gempa magnitudo di atas 7 dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer. Masyarakat pesisir selatan Banten harus mengevakuasi secara mandiri jika terjadi gempa berkekuatan di atas magnitudo 7, karena berpotensi tsunami.
Nah, untuk mengurangi risiko kebencanaan tsunami dan tidak menimbulkan banyak korban maupun kerusakan material, pihak BMKG senantiasa melaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat pesisir selatan Banten.
Kegiatan itu bertujuan agar masyarakat pesisir dapat mengantisipasi ketika terjadi gempa dan tsunami dengan melakukan evakuasi secara mandiri ke tempat–tempat tinggi dan lokasi aman tanpa menunggu sirine.
”BMKG juga melakukan kegiatan Goes to School juga Sekolah Lapang Gempa (SLG) untuk memberikan pengetahuan kepada siswa dan masyarakat bagaimana penyelamatan diri sendiri jika terjadi gempa dan tsunami,” terang Tarjono.
Peralatan sirine di pesisir selatan Banten juga telah dipasang oleh BMKG yakni di Pantai Labuan, Pasauran, dan Panimbang. BMKG juga mengajak perusahaan swasta di selatan Banten agar memasang sirine secara mandiri.
PLTU Labuan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten telah memasang sirine dan bisa terkoneksi pada masyarakat pesisir. Tombol operator sirine itu dipegang BPBD Banten dan jika terjadi gempa dahsyat akan berbunyi hingga radius 5 kilometer.
”Kami berharap perusahaan swasta dapat melakukan pemasangan sirine di pesisir selatan Banten,” ucap Tarjono.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama memetakan jalur evakuasi di pesisir selatan untuk penyelamatan warga apabila terjadi gelombang tsunami.
BPBD Lebak memetakan jalur evakuasi di pesisir selatan meliputi enam kecamatan, yakni Kecamatan Wanasalam, Malingping, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng.
”Kami memetakan 120 titik di enam kecamatan itu agar warga dapat memanfaatkan jalur untuk penyelamatan jiwa apabila terjadi bencana tsunami,” ujar Tarjono. (ant/jpg/fajar)