Untuk jangka pendek, pemerintah daerah mesti mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok. Sering mengadakan pasar murah agar golongan menengah ke bawah masih bisa beli bahan pokok kebutuhan hidup dengan murah. Syaratnya, hal itu perlu subsidi.
“Untuk UMKM saya rasa mereka harus terus-menerus diperhatikan baik pengembangan produk dan akses pasar, gerakan beli produk lokal harus masih dilakukan,” ujarnya.
Pemerintah dan kampus negeri juga sebaiknya berhenti membeli kudapan dan konsumsi dari toko-toko roti kue branded. Lebih baik membeli punya pelaku UKM, terutama yang sudah tersertifikasi.
Kualitas buatan mereka tidak kalah. Tinggal dibuatkan saja mekanisme pembayaran. Bisa juga memakai mekanisme kartu kredit pemerintah.
“Saya liat di pemkot dan pemprov belum digalakkan, padahal sudah ada kebijakan Kementerian Keuangan,” bebernya.
Diharapkan pula, kenaikan kurs dolar segera berbalik arah dan tidak menembus Rp16.000. Secara teknikal, USD akan berada pada kisaran Rp14.900-15.200.
Saat dolar menguat, industri yang terdampak adalah travel dan sejenisnya. Perusahaan itu akan menyesuaikan lagi harga, terutama paket umrah dan haji. Juga industri yang banyak mengandalkan barang impor seperti otomotif dan farmasi, pasti terdampak.
“Banyak bahan baku farmasi impor, tentu harga obat dan alat kesehatan akan naik. Ini tentu akan ikut memicu kembali inflasi di negara ini,” tuturnya.
Masih Jauh
Analis Keuangan dan Perbankan Sutardjo Tui memandang perkiraan resesi pada 2023 bagi Indonesia, apalagi Sulsel, masih sangat jauh. Resesi itu adalah suatu situasi atau keadaan tidak ada pertumbuhan ekonomi selama dua periode.