FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Halte Transjakarta Bundaran HI telah beroperasi dengan status uji coba sejak Jumat, (7/10/2022) lalu.
Pembangunannya ditargetkan rampung pada November 2022 mendatang.
Operasinya sejauh ini baru melayani rute 6A (dari Ragunan-Monas via Kuningan) dan rute 6B (dari Ragunan-Monas via Semanggi dan Blok M Kota).
Di lantai dua halte, terdapat viewing deck. Orang dapat menikmati suguhan gedung-gedung bertingkat di sekitar patung “Selamat Datang”.
Meski demikian, pembangunan halte ini kembali menuai sorotan, salah satunya dari kritikus Jhon Sitorus.
Menurutnya, pembangunan halte ini merupakan contoh program yang menguras anggaran.
Pasalnya, dalam lima waktu lima tahun terakhir sudah beberapa kali dibongkar.
“Contoh cara menguras anggaran yang efektif. Halte Transjakarta Bundaran HI sudah beberapa kali dibongkar pasang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Lalu hari ini, dibangun lagi dengan anggaran Rp13 Miliar/Halte (sesuai dengan anggaran Rp600 Miliar untuk 46 halte) luar biasa,” ujarnya, Senin, (10/10/20022).
Intinya kata dia, revitalisasi halte di kawasan Bundaran HI akan menguras anggaran Rp26 Miliar
“Pertanyaannya, apa wajar halte busway senilai Rp13 Miliar?,” tanyanya.
Dia mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menyelidiki secara serius kemungkinan korupsinya yang sangat besar.
Dia mengatakan, andaikan warga Jakarta masih berakal sehat dan waras, Rp600 Miliar hanya untuk 46 halte itu adalah sebuah pemborosan anggaran yang luar biasa massif.
Padahal kata Jhon Sitorus, halte ini tak memberikan solusi berarti untuk macet dan banjir.