Keracunan Alkohol Ilegal, 34 Orang Tewas dan 24 Lainnya Dirawat

  • Bagikan
Anggota Komite Investigasi Rusia menyelidiki kasus kematian massal akibat keracunan alkohol setelah mengonsumsi minuman keras produksi lokal di Orenburg, Rusia, dalam gambar diam yang diambil dari video yang dirilis 9 Oktober 2021. (ANTARA/Komite Investigasi Rusia/Handout via Reuters/as)

Anggota Komite Investigasi Rusia menyelidiki kasus kematian massal akibat keracunan alkohol setelah mengonsumsi minuman keras produksi lokal di Orenburg, Rusia, dalam gambar diam yang diambil dari video yang dirilis 9 Oktober 2021. (ANTARA/Komite Investigasi Rusia/Handout via Reuters/as)

RAKYATJATENG – Jumlah korban tewas dalam kasus keracunan alkohol ilegal di Rusia barat daya meningkat menjadi 34 orang pada Minggu (10/10).

Selain itu, kata pihak berwenang, ada 24 orang lagi yang sedang dirawat di rumah sakit terkait insiden tersebut.

Otoritas Kota Orenburg memulai penyelidikan kriminal atas kasus itu setelah korban jiwa berjatuhan akibat keracunan alkohol.

Menurut laporan kantor berita TASS, kepolisian telah menahan 10 orang atas dugaan terlibat dalam produksi dan penjualan alkohol secara ilegal.

“Ada 67 orang yang diketahui sebagai korban alkohol ilegal, 34 di antaranya meninggal,” kata pemerintah Orenburg, yang dikutip kantor berita Interfax.

Tujuh dari korban-korban tersebut sedang dirawat di rumah sakit dalam keadaan parah dan empat dari mereka dirawat dengan bantuan ventilator, menurut laporan Interfax.

Polisi pada Sabtu (9/10) menyita 2.000 botol alkohol dan mengatakan telah mengidentifikasi adanya metanol, yang merupakan zat beracun, di dalamnya.

Rusia pada masa lalu juga pernah dikejutkan dengan kasus massal keracunan alkohol.

Pada 2016, sebanyak 77 orang tewas di Siberia setelah meminum minyak mandi yang mengandung alkohol.

Orang-orang Rusia telah sekian lama dikenal sebagai kalangan peminum paling berat di dunia.

Namun, konsumsi alkohol dalam beberapa tahun terakhir ini turun 43 persen pada 2016 dari angka sebelumnya pada 2003, kata Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019.

Perkembangan itu, kata WHO, membawa peningkatan pesat pada harapan hidup. (Antara)

  • Bagikan