WONOGIRI, RAKYATJATENG – Sopir angkutan kota (angkot) berharap saat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, para siswa diperbolehkan berangkat dan pulang sekolah menggunakan moda transportasi publik. Sebab selama ini, pendapatan sopir angkot anjlok karena tidak ada anak sekolah.
“Pengguna jasa angkot saat kondisi normal adalah anak-anak sekolah, utamanya mereka. Sekarang ini sudah sangat sedikit penumpangnya,” keluh Ketua Paguyuban Sopir Angkuta Wonogiri Suprapto, Rabu (22/9).
Sebelum pandemi dan anak-anak bersekolah seperti biasa, sopir angkot bisa mengantongi pendapatan kotor Rp 300 ribu per hari. Tapi sekarang hanya Rp 70 ribu hingga Rp 100 ribu.
Sepinya menumpang terpaksa disiasati dengan mengurangi jumlah angkot yang beroperasi, yakni dari 85 armada, menjadi hanya separonya.
Sopir angkot hanya bisa pasrah. Meski begitu, Suprapto tak menampik ada sejumlah bantuan yang mengalir kepada para anggotanya yang berjumlah 130 orang.
“Gara-gara wabah ini, penumpangnya turun drastis. Pedagang yang naik angkot tinggal srdikit. Mungkin karena juga karena takut,” jelasnya.
Sebab itu, seiring bergulirnya rencana PTM terbatas, Suprapto berharap siswa bisa diperbolehkan naik angkot untuk berangkat dan pulang sekolah.
Sedangkan sesuai regulasi pemerintah, siswa dilarang mengakses angkutan publik ketika PTM terbatas. “Harapannya ya bisa seperti semula lagi. Covid-19 kami lihat sudah melandai. Inginnya ya anggota saya sejahtera."
Meski demikian, Suprapto menyadari, protokol kesehatan harus dinomorsatukan. Para sopir siap menegakkan hal itu. Selain itu, sebagian anggotanya juga sudah divaksin. (al/wa/dam/JPC)