Enam Sungai di Klaten Tercemar, Mayoritas Dipicu Limbah Rumah Tangga

  • Bagikan

TERCEMAR: Salah satu sungai yang melintasi di wilayah perkotaan di Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah yang diuji DLHK. (ANGGA PURENDA/RADAR SOLO)

KLATEN, RAKYATJATENG – Enam sungai di Klaten tercemar. Hasil uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten menemukan kandungan air di sungai yang melintasi kota itu di atas baku mutu.

“Dalam setahun kami lakukan dua kali uji lab kualitas air. Pada musim kemarau sekitar Maret-Mei dan saat musim penghujan, Oktober. Seperti hasil uji lab yang terakhir kualitas air sungai di Klaten sudah di atas baku mutu,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten Dwi Maryono, Rabu (22/9/2021).

Dwi Maryono mengungkapkan, dalam mengukur uji lab kualitas air sungai, DLHK menggunakan 27 parameter sehingga mengetahui tingkat pencemarannya. Tetapi ada sejumlah parameter yang menjadi perhatian seperti biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD) serta total coliform. Pengujian dilakukan pada bagian hulu dan hilir dari sungai tersebut.

Sebagai informasi, BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mengurai bahan organik di dalam air. BOD yang tinggi sebagai indikator karena air sungai mengandung zat tertentu. Tetapi BOD lebih merujuk pada bahan organik. Sedangkan COD merujuk pada bahan kimiawi.

Sementara itu, enam sungai yang diuji DLHK di antaranya Sungai Soran, Sungai Korman, Sungai Pusur. Termasuk juga Sungai Modin, Sungai Kacang Ijo dan Sungai Merbung, sehingga terdapat 12 titik pengambilan sampel. Hasil uji lab kualitas air sungai itu menjadi dasar dalam mengambil kebijakan guna menjaga ekosistem sungai.

“Misalnya berdasarkan uji lab yang kami lakukan pada Maret 2021 di Sungai Kroman, baku mutu BOD yakni 3 mg per liter. Saat dilakukan pengujian di bagian hulu sudah di atas baku mutu yakni 4,4 mg per liter. Sedangkan di bagian hilirnya menjadi 13,4 mg per liter,” jelas Dwi Maryono.

Begitu juga, untuk COD dari Sungai Kroman yang secara baku mutunya 25 mg per liter. Saat diuji di bagian hulu memang 15,4 mg per liter tetapi saat dilakukan pengujian di bagian hilir menjadi 38,7 mg per liter. Sedangkan total coliform yang secara baku mutu 5000 per 100 ml, ketika dilakukan pengujian pada Sungai Kroman di bagian hulu 2400 per100 ml dan di bagian hilir menjadi 2800 per100 ml.

“Kalau melihat dari parameter BOD Sungai Kroman yang hilirnya di Mojayan, Kecamatan Klaten Tengah ini ada kenaikan. Meski sejak di hulu sudah di atas baku mutu hingga akhirnya di bagian hilirnya melonjak hingga 9 mg per liter. Dari hulu ke hilir ini ada apa sehingga BOD-nya naik,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, penyebab enam sungai di Klaten tercemar berasal dari limbah domestik rumah tangga. Salah satu contohnya pengelolaan tinja yang belum kedap air sehingga langsung masuk ke sungai. Hal itu membuat kandungan total coliform pada air sungai tersebut di atas baku mutu.

“Dalam waktu dekat akan kami koordinasikan dengan dinas terkait untuk memberikan potret sungai di Klaten. Kami jug terus melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan limbah rumah tangga agar tidak langsung ke sungai. Perlunya membangun instalansi pengolahan air limbah,” ucapnya.

Kepala DLHK Klaten Srihadi menambahkan, berdasarkan kajian timbunan sampah yang dilakukan pada tahun ini ternyata setiap orang di Klaten menghasilkan sampah 0,5 kg setiap harinya.

Jika dikalikan dengan jumlah penduduk setidaknya ada lebih dari 300 ton sampah yang dihasilkan setiap harinya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi sampah yang diproduksi di tingkat rumah tangga terutama meningkatkan kesadaran dalam melakukan pemilahan sampah. (ren/bun/dam/JPC)

  • Bagikan