Embung dan Sumur Mengering, Warga Ajukan Dropping Air Bersih

  • Bagikan

CUKUPI AIR BERSIH: Warga desa Pranti, Kecamatan Sulang, Rembang, mengandalkan sungai untuk kebutuhan mandi dan mencuci. (WISNU AJI/RADAR KUDUS)

REMBANG, RAKYATJATENG – Dampak kekeringan sudah mulai dirasakan sebagian warga di Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. Di antaranya dirasakan sekitar 315 KK di Pranti. Kondisi embung dan sumur mulai mengering, mereka telah mengajukan droping air bersih.

Menurut pemdes setempat, sementara ini warga masih bisa mengandalkan air sungai dan embung habis serta terkadang air hujan untuk kebutuhan digunakan mandi dan cuci. Sementara untuk air minumnya beli galon isi ulang.

Kondisi ini berpotensi terjadi di semua kepala keluarga. Di sana totalnya 315 KK. Atau sekitar 948 orang di desa Pranti.

”Sumber mata air yang diperoleh warga Pranti hanya mengandalkan embung. Kalau sudah kering, potensi kekeringan terjadi,” kata Sekdes Pranti, Kamid.

Di sana ada dua embung. Embung pertama sudah kering sekitar bulan Mei 2021. Untuk yang satu embung lagi masih sedikit. Perkiraan setengah meteran. Kalau tidak hujan bulan September akan habis.

”Itu untuk yang pranti Selatan. Kalau Pranti utara memanfaatkan embung GOR Mbesi, Rembang. Airnya sudah habis. Lalu memanfaatkan air kali. Dari sungai-sungai besar desa lain. Keruh. Hanya untuk mandi dan cuci,” keteranganya.

Desa Pranti, Sulang memang tidak ada sumber. Bikin sumur tidak ada mata airnya. Selama ini mengandalkan embung. Namun tahun ini ada bantuan pengolahan air sungai. Pengolahan tersebut difasilitasi Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).

Sebelumnya Kepala Desa Pranti, Sulang, Dahlan membenarkan desanya sudah mulai ancang-ancang minta droping air bersih ke BPBD Rembang. Pertimbanganya karena embung-embung yang ada di desa Pranti sudah mulai menyusut.

”Airnya ada yang sudah habis. Maka Pemdes Pranti mengajukan bantuan air ke BPBD,” imbuhnya.

Tahun lalu dibulan yang sama warga desa Pranti sudah mengalami kekeringan. Bahkan saat itu warga berduyun-duyun di kali Sengon desa setempat. Lokasinya terjal. Berkelok-kelok, tanahnya ada yang gembur dan padat.

Beruntung jaraknya dekat dengan kediaman mereka.” Kebiasan warga ada yang membawa jerigen. Dipikul. Dua jerigen kanan dan kiri. Ini harus menjaga keseimbangan. Sedikit lengah bisa terpeleset,” imbuhnya. (ks/noe/ali/top/JPR/JPC)

  • Bagikan