Sempat Capai 96 Persen, BOR RS Rujukan Covid-19 di Kudus Sudah di Bawah 20 Persen

  • Bagikan

KUDUS, RAKYATJATENG – Bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Kudus sudah di bawah 20 persen, dari semula yang sempat mencapai 96 persen. Sementara untuk keterisian ruang ICU, menurun hingga kisaran 60 persen dari total 66 ruangan.

Kepala Dinas Kesehatan Kudus Badai Ismoyo menyebut, penurunan BOR tersebut menjadi sesuatu yang harus disyukuri. Sebab, Kota Kretek sempat ditetapkan sebagai wilayah zona merah. Karena total kasus aktif sempat mencapai 2.342 pasien. Dengan kasus harian tertinggi mencapai 479 orang.

Lonjakan pasien ini, sempat membuat tingkat BOR seluruh rumah sakit di Kudus mencapai 96 persen. Keadaan semakin memburuk ketika ratusan tenaga kesehatan (nakes) turut terinfeksi, sehingga membuat berbagai fasilitas kesehatan kewalahan menangani pasien.

Namun, saat ini tak ada desa di Kudus berstatus zona merah. Yang tersisa hanya 44 desa berstatus zona oranye. Juga 20 desa zona kuning. Sedangkan 22 desa lain berstatus zona hijau.

”Dengan kondisi seperti itu, keterisian BOR jelas di bawah 25 persen. Harusnya kita sudah masuk level 2. Tetapi ini nyatanya masih dikategorikan PPKM level 4. Mungkin ada kehati-hatian dari pemerintah provinsi dan pusat,” imbuhnya.

Sedangkan untuk data kasus Covid-19 di Kudus sampai sejauh ini, hanya ada 241 kasus per Selasa (27/7). Dari jumlah itu, 170 pasien menjalani isolasi mandiri dan 71 dirawat di rumah sakit. Sementara jumlah penambahan kasus harian ada 43 kasus. Namun jumlah angka kesembuhan juga tinggi, mencapai 40 pasien.

”Selain itu angka kematian harian juga rendah. Hanya dua, tiga, sampai lima. Tidak sampai puluhan,” terangnya.

Bupati Kudus HM Hartopo menambahkan, membaiknya kondisi di Kudus tak lepas dari kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, serta pihak swasta dalam menanggulangi wabah berbahaya ini.

”Kami berterima kasih atas kolaborasi dan peran serta dari seluruh elemen. Yakni pemerintah pusat, Pemprov Jateng, TNI dan Polri, ketaatan masyarakat selama PPKM Darurat, serta pihak swasta seperti Djarum Foundation. Yang senantiasa tanggap dalam menghadapi wabah, sehingga Kudus bisa keluar dari zona merah penyebaran Covid-19,” ungkapnya.

Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit yakni menjalin kerja sama dengan pihak swasta, yakni Djarum Foundation. Dengan menambah hospital bed paramount bed 3 crank hingga 300 unit ke beberapa rumah sakit di Kudus dan Jawa Tengah. Kehadiran tempat tidur tambahan ini, menjadi solusi guna membendung lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dr. Abdul Aziz Achyar mengatakan, upaya lain penanganan Covid-19 yakni dengan memperbanyak tes PCR. Dengan begitu, mayarakat yang terkonfirmasi positif segera mendapatkan penanganan. Jadi, tidak terjadi penularan masif.

”Untuk mendukung masifnya tes ini, kami dapat bantuan dari Djarum Foundation. Berupa seperangkat alat tes PCR yang terdiri dari refrigerated centrifudge, vortex mixer, dan digital dry bath. Pemberian bantuan alat tes PCR itu, sangat membantu proses testing dan tracing bagi warga Kudus,” jelasnya.

Beberapa hal tersebutlah yang menurut dr. Azis mempermudah dilaksanakannya tracing, testing, dan treatment (3T). Dengan begitu, proses mitigasi kondisi di Kudus bisa berjalan dengan lebih baik. Terutama ketika terjadi lonjakan kasus seperti pada Juni lalu. (ks/lin/top/JPR/JPC)

  • Bagikan