43 Desa di Karanganyar Endemis DBD, Dua Meninggal

  • Bagikan
ANTISIPASI LEDAKAN: Relawan melakukan penyemprotan foging di salah satu desa di Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar kemarin. (RUDI HARTONO/RADAR SOLO)

KARANGANYAR, RAKYATJATENG – Tidak hanya Covid-19 yang harus diwaspadai, demam berdarah dengue (DBD) tidak kalah berbahaya mengancam nyawa. Sebanyak 43 desa di Karanganyar, tercatat merupakan daerah endemis penyakit musiman ini. Bahkan pada semester pertama ini sudah merenggut dua jiwa.

Kepala Seksi (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Karanganyar Sri Winarno membeberkan, terdapat penambahan dua kasus baru DBD, sehingga total sampai Juli ini terdapat 189 kasus, dan dua meninggal dunia.

“Kalau dilihat dari grafiknya itu jelas menggambarkan fluktuasi perkembangan kasus DBD. Namun cenderung menurun bila dibandingkan dengan puncak kasus pada minggu ke 21,” terang Sri Winarno.

Diungkapkan Winarno, Rekapitulasi jumlah kasus DBD tertinggi hingga minggu ke 27 terjadi di Puskesmas Jaten II dengan 27 kasus, dan terendah di Puskesmas Karangpandan dengan satu kasus.

Sedangkan total kematian hingga minggu ke 27, yakni terdapat dua orang meninggal dunia. Satu kematian di Puskesmas Kebakkramat II, dan satu lainnya di Puskesmas Gondangrejo 1. Sementara 43 desa berstatus endemis DBD tersebar di Kecamatan Colomadu, Gondangrejo, Jaten, Kebakkramat, Karanganyar Kota, dan Tasikmadu.

Perlu sinergi semua pihak untuk menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Mulai dari dinas kesehatan, puskesmas dan peran aktif masyarakat. Ini perlu dilakukan rutin di seluruh wilayah Karanganyar. Baik yang endemis maupun tidak.

“Dukungan pemangku kebijakan di masing-masing wilayah, mulai dari desa dan camat sampai saat ini masih kurang. Terbukti, angka bebas jentik (ABJ) untuk Karanganyar masih cukup rendah, yakni kurang dari 70 persen. Bahkan ada yang kurang dari 20 persen. Padahal targetnya 95 persen,” jelasnya.

“Rentang umur masyarakat yang terjangkit DBD, mayoritas usia 5 – 14 tahun. Terdiri 51 laki-laki dan 39 perempuan. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orang tua dan masyarakat agar terus melakukan pencegahan DBD di lingkungan rumahnya,” ujarnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Karanganyar Purwati mengungkapkan, perjalanan penyakit DBD di Karanganyar antara rentang 2016-2021. Puncak kasus DBD terjadi pada 2019 dengan 838 kasus.

“Terjadi peningkatan kasus yang signifikan dari 2018 dengan hanya 77 kasus. Lebih dari sepuluh kali lipat. Ini terjadi karena adanya siklus lima tahunan DBD pada 2019,” ujarnya. (rud/bun/dam/JPC)

  • Bagikan