SEMARANG, RAKYATJATENG - Sektor yang paling terpukul dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Semarang adalah tempat wisata dan para pelaku seni.
Seluruh tempat wisata ditutup, sementara semua kegiatan seni budaya dan hiburan ditiadakan sementara.
Salah satu obyek wisata yang ditutup adalah Taman Satwa Semarang atau Semarang Zoo yang merupakan milik Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Tempat wisata ini ditutup hingga 20 Juli 2021 mendatang.
Penutupan operasional ini praktis membuat tidak ada pengunjung yang datang.
Menurut Direktur Semarang Zoo, Khoirul Awaludin, dengan ditutupnya tempat wisata membuat managemen harus memutar otak agar biaya operasional seperti pakan hewan, gaji dan lainnya bisa terpenuhi.
Salah satunya dengan melayani piknik secara virtual dan hewan asuh.
"Kita buat program untuk layani piknik secara virtual dan Hewan Asuh agar bisa bertahan," katanya, Jumat (16/7/2021).
Khoirul Awaludin mengatakan, program tersebut adalah program donasi dimana para donatur bisa piknik virtual sembari memberi makan secara virtual.
Pemberian makan hewan disiarkan secara live di media sosial Semarang Zoo. Sehingga para donatur bisa melihat melalui smartphone.
"Ada yang transfer, kami memperlihatkan live memberi makan. Mau melakukan hal-hal lain susah, ditutup total, mau mendatangkan ke sini juga susah," jelas Khoirul.
Khoirul cerita, bahwa biaya untuk pakan hewan saja dalam sebulan mencapai Rp200 juta. Belum termasuk gaji karyawan. Semua itu harus dipenuhi padahal obyek wisata tutup total.
Selama PPKM ini, pihaknya memberlakukan sistem kerja bagi karyawannya hanya setengah hari. Karena itu, gaji karyawan pun mengalami penyesuaian.
Dia pun berharap PPKM Darurat tidak diperpanjang. "Harapannya PPKM tentu tidak diperpanjang lagi," ungkapnya.
Sementara itu, Antok, seorang musisi yang sekaligus pemilik salah satu studio rekaman di Kota Semarang menjelaskan bahwa jika untuk bertahan banyak musisi ataupun pelaku usaha seperti dirinya menjual alat-alat yang dimiliki selama penerapan PPKM Darurat ini.
"Sebelumnya sempat sedikit naik, namun kali ini sudah banyak yang terpaksa harus jual alat musiknya untuk bertahan hidup karena harus off total," jelas Antok.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari mengakui jika tempat wisata dan para pekerja seni sangat terdampak dengan kebijakan ini.
Iin sapaan akrabnya, belum bisa menyebutkan jumlah pasti berapa orang yang terdampak.
"Ada sektor formal dan informal. Formal misalnya yang bekerja di hotel, resto, tempat hiburan. Ada non formal semisal pelaku seni budaya. Pendukungnya ada pelaku usaha sound system, tukang angkut, dekor, semua terdampak," ujar Indriyasari.
Iin -- sapaan akrab Indriyasari -- mengimbau agar pelaku industri seni dan wisata yang terdampak akibat aturan PPKM Darurat ini bisa berkoordinasi dengan RT dan RW di wilayah masing-masing agar bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. (Sen)