RSUD Wonogiri Nyaris Penuh Pasien Covid-19

  • Bagikan

WONOGIRI, RAKYATJATENG – Bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur bagi pasien yang terpapar virus Corona (Covid-19) di RSUD Wonogiri, Jawa Tengah, mencapai rekor tertinggi selama pandemi. Dimana jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut jumlahnya lebih dari 90 persen.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Setyarini mengatakan hingga Jumat (25/6/2021) pukul 07.00 BOR untuk pasien Covid-19 di rumah sakit pelat merah itu mencapai 92 persen.

“Kalau di RSUD, seluruh tempat tidur Covid-19 ada 124. Itu sudah termasuk tempat tidur Covid-19 biasa, ICU dan PICU/NICU Covid-19. BOR ini yang tertinggi sejak awal pandemi,” kata dia, Jumat (25/6/2021).

Dilansir dari website resmi Pemkab Wonogiri (https://wonogirikab.go.id/informasi-corona/) hingga Kamis (24/6) pukul 21.00 (data bisa berubah sewaktu-waktu), total jumlah tempat tidur bagi pasien Covid-19 sebanyak 323.

Tempat tidur itu tersebar di RSUD dan juga rumah sakit swasta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 267 diantaranya terisi, angka BOR mencapai 82,7 persen. Masih ada 56 tempat tidur isolasi yang tersedia.

Setyarini mengatakan, awalnya RSUD hanya menyiapkan 89 tempat tidur bagi pasien Covid-19. Namun kini pihaknya sudah menambah tempat tidur bagi penderita korona.

Dia menjelaskan, ada 12 tempat tidur ICU Covid-19. Sembilan diantaranya sudah diisi pasien. Sementara itu, dari enam tempat tidur PICU/NICU separuhnya sudah terisi. Menurut dia, untuk saat ini RSUD sudah tidak bisa menambah kamar bagi pasien korona.

“Kalau kamarnya bisa, tapi tenaga dan alat kesehatannya bagaimana,” kata dia.

Bisa saja relawan bertugas disana untuk merawat pasien Covid-19. Namun, yang sulit adalah mencari relawan yang memiliki keahlian yang dibutuhkan.

Atas kondisi itu, Setyarini saat ini mencoba untuk berkoordinasi dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Pihaknya akan membahas apakah ada calon perawat yang mungkin sedang menempuh pendidikan di Kota Solo misalnya untuk bisa menjadi relawan.

“Kita juga bisa di back up oleh rumah sakit swasta. Selain itu, kita InsyaAllah akan tambah satu dokter spesialis penyakit dalam,” kata dia.

Meski begitu, para tenaga kesehatan tidak sampai kewalahan. Sebab, kata dia, sudah ada pengaturan yang dilakukan agar SDM yang ada bisa bekerja bergantian tanpa kelelahan.

Selain itu, para dokter juga melakukan telemedis atau konsultasi kesehatan jarak jauh dengan teknologi yang ada dengan pasien yang tidak begitu berat.

“Jadi kita lebih utamakan pasien yang berat dan butuh penanganan. Kalau yang sudah membaik kondisinya kita telemedis, tapi juga rutin dikunjungi nakes,” kata dia.

Lebih jauh, Setyarini mengatakan pasien Covid-19 yang masuk ke RSUD banyak yang sudah dalam kondisi berat. Bahkan, baru-baru ini ada pasien dari Jakarta. Diduga di Jakarta, pasien yang kemungkinan warga Wonogiri itu tidak mendapatkan rumah sakit disana.

“Baru dua jam dirawat di IGD meninggal,” kata dia.

Bagaimana dengan stok obat bagi pasien Covid-19 di RSUD? Setyarini mengatakan remdesivir bagi pasien Covid-19 disana sempat habis beberapa waktu lalu. Pihaknya langsung meminta bantuan dari provinsi dan kini sudah ada stok yang tersedia.

Dia menuturkan, remdesivir biasanya diberikan kepada pasien Covid-19 yang berada dalam kondisi kritis.

“Kita dapat 100 vial. Itu mungkin 10 hari habis. Kalau dihitung, 100 vial itu nilainya 120 juta. Satu vial digunakan untuk satu kali injeksi. Tapi dalam satu periode sakit injeksinya maksimal dua kali,” kata dia.

Selain itu, pihaknya juga memiliki stok 20 buah actemra yang harga satuannya menjapai Rp 8 juta. Tidak semua pasien cocok dengan obat itu, harus ada pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan.

Pihaknya juga kini memiliki stok obat lainnya, lengkap, yang tidak dimiliki rumah sakit swasta lain di Wonogiri. “Kalau untuk stok oksigen, untuk saat ini InsyaAllah masih aman,” pungkasnya. (al/dam/JPC)

  • Bagikan