SOLO, RAKYATJATENG – Pemerintah dan tenaga kesehatan berusaha ekstrakeras menangani lonjakan kasus Covid-19. Seperti dilakukan RSUD Dr Moewardi Surakarta, yang menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surakarta mendirikan dua tenda darurat.
Hingga saat ini, RSUD Dr Moewardi merawat 308 pasien Covid-19. Dari jumlah itu, 50 pasien dirawat di ruang ICU. Sisanya di kamar isolasi.
“Bed untuk pasien Covid-19 tersedia 320 bed. Segera ditambah jadi 400 bed karena situasinya memang membutuhkan penambahan. Terutama dalam dua hari terakhir,” jelas Direktur RSUD Dr Moewardi Cahyono Hadi via telepon, kemarin.
Selain menambah kapasitas bed, di halaman RSUD Dr Moewardi didirikan dua tenda darurat sebagai sarana pengecekan awal calon pasien yang hendak masuk unit gawat darurat (UGD).
“Tenda ini bukan untuk perawatan pasien, tapi pengecekan awal bagi pasien yang hendak masuk UGD. Jika setelah pengecekan (skrining) dinyatakan Covid-19, maka akan diarahkan ke kamar isolasi atau ICU khusus pasien Covid-19. Jadi hanya (menampung pasien) daftar antre ke UGD,” terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menuturkan, bed occupancy rate atau keterisian tempat tidur pasien di ICU maupun kamar isolasi tinggi, hingga 90 persen, hampir “merah”.
“Makanya semua rumah sakit menambah kapasitas ruang perawatannya. Hilirnya sudah sampai seperti ini, maka hulunya juga harus diperkuat,” jelasnya.
Terkait keberadaan tenda di halaman RSUD Dr Moewardi, kadinkes mengamini difungsikan untuk melayani daftar antrean UGD, bukan menangani pasien.
“Penanganan pasien di rumah sakit sudah seperti ini (kesibukan meningkat). Kadang juga menerima pasien yang langsung datang dan tidak melewati mekanisme rujukan. Ini yang kadang membuat tenaga medis kewalahan. Makanya, perlu penguatan di semua lini. Tidak hanya dari medisnya, tapi juga pencegahan di masyarakat. Saat ini, kasus (Covid-19) aktif sangat tinggi, angka kematiannya juga meningkat,” beber kadinkes. (ves/wa/ria/JPC)