KLATEN, RAKYATJATENG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten menyiapkan 750 tangki untuk menghadapi puncak musim kemarau. Berdasarkan perkiraan dari BMKG Semarang, musim kemarau di Klaten terjadi pada Agustus mendatang. Maka itu per 1 Juli hingga 31 Oktober akan diusulkan status tanggap darurat bencana kekeringan.
"Kami terus berkoordinasi menghadapi musim kemarau dengan menghadirkan BMKG Semarang. Mengingat di beberapa daerah di Klaten rawan terjadi bencana kekeringan yang rutin terjadi," jelas Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sip Anwar, Kamis kemarin (10/6/2021).
Anwar menjelaskan, tahun ini BPBD menyiapkan 750 tangki untuk kegiatan dropping air bersih ke daerah rawan bencana kekeringan. Seperti Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Manisrenggo, Jatinom, Bayat, Karangdowo, Pedan Juwiring. Adapun anggaran pendistribusian air bersih itu sebesar Rp 241.189.000.
Total sudah mengirimkan 27 tangki ke Desa Tegalmulyo dan Sidorejo, Kecamatan Kemalang sejak Ramadan lalu. Sampai saat ini secara administratif belum ada lagi desa yang mengajukan dropping air.
"Kami akan segera mengajukan surat tanggap darurat bencana kekeringan ke Bupati. Nanti tergantung dari ibu Bupati bagaimana terkait penetapan status tanggap darurat itu," tambahnya.
Sip Anwar mengungkapkan, desa yang mengalami krisis air bersih bisa segera mengajukan dropping ke BPBD. Berkaca dari musim kemarau pada 2019, terdapat 44 desa yang tersebar di sembilan kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Sedangkan pada 2020 terdapat 20 desa di lima kecamatan. Tahun ini belum bisa diprediksi jumlahnya.
"Kami sudah melakukan pengecekan terhadap lima tangki yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dropping air bersih. Termasuk melakukan penggantian pada ban armada untuk memastikan kesiapannya," ucapnya.
Koordinator Data dan Informasi BMKG Semarang, Iis Widya Harmoko menjelaskan, Klaten sudah memasuki musim kemarau. Untuk itu, relawan diminta siap menghadapi bencana kekeringan.
"Kalau utuk wilayah Klaten sendiri terkait puncak musim kemarau terjadi pada Agustus mendatang. Sementara terkait musim kemarau ini sampai kapan belum bisa kami sampaikan. Tetapi kebiasaan di Klaten untuk musim penghujan awal sekitar Oktober maupun November," jelasnya.
Dia mengungkapkan, musim kemarau kali ini tidak se-ekstrem pada 2019 yang lalu. Begitu juga tidak termasuk kemarau basah seperti 2020.
"Tentunya BPBD yang lebih memahami daerah mana saja yang rawan terjadi krisis air bersih. Tapi kalau saya lihat Kecamatan Bayat begitu kompleks terdampaknya dibandingkan daerah lainnya," tandasnya. (rs/ren/fer/JPR/JPC)