Tanpa Sketsa, Perajin Topeng Buto Ini Hanya Mengandalkan Insting saat Berkarya

  • Bagikan
Ashari perajin topeng buto di Desa Tamanagung, Muntilan Kabupaten Magelang. (Riri Rahayu/Jawa Pos Radar Semarang)

MAGELANG, RAKYATJATENG – Ashari, warga Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Magelang, menjadi perajin topeng buto sejak 2006.

Berawal dari ketertarikan setelah melihat banyak seni tari kerakyatan di wilayahnya. Ashari membuat topeng menggunakan kayu pule. Dia menggarap secara manual.

Bentuk topeng dibuat sesuai permintaan pelanggan.

Hebatnya, Ashari membuat topeng tanpa terlebih dahulu membuat sketsa di atas kayu.

“Saya menggunakan insting. Saya kira-kira. Kalau ada contoh, hanya saya lihat lalu saya ingat-ingat di kepala,” ujar Ashari ketika ditemui di rumahnya, Kamis (27/5/2021) siang.

Untuk membuat topeng sederhana Ashari membutuhkan 7 hingga 10 hari. Sementara topeng yang lebih rumit butuh waktu lebih dari dua pekan. Katanya, proses paling lama yakni proses pengecatan.

“Karena saya ngecat manual dan ini benda mati tapi harus dibikin biar kelihatan hidup,” tuturnya.

Kini Ashari sudah memiliki pelanggan berbagai daerah di luar Magelang. Mulai dari Boyolali, Salatiga, hingga Kalimantan Barat.

Rata-rata berasal dari seniman tari. Ada juga yang sekadar untuk pajangan dinding.

Awalnya, Ashari mencari pelanggan melalui media sosial. Salah satunya dari grup jual beli alat seni di Facebook.

Namun lambat laun, pelanggan datang sendiri.

Promosinya tak lagi gencar karena topengnya sudah banyak dikenal.

Sayang, sejak pandemi Covid-19, pesanan topeng buto anjlok. Padahal sebelum pandemi, antrean panjang menanti.

Bahkan jika kurang beruntung, pelanggan Ashari harus bersabar menunggu sampai satu tahun.

“Ini juga sisa pesanan sebelum pandemi. Masih ada tujuh yang belum rampung,” ujar pria berambut gondrong ini. Dia menunjukkan topeng buto yang masih polosan.

Di tengah situasi sulit akibat pandemi, Ashari bertahan dengan mencari alternatif.

Jika dulu membeli lima warna cat, kini dia berusaha mengoplos warna yang ada.

Dia juga mengganti minyak cat dengan pertalite untuk meringankan beban produksi.

Ashari berharap perhatian pemerintah.

Beberapa waktu lalu, dia sudah mengurus administrasi pencairan bantuan usaha. Namun belum ada kabar sejak Desember.

“Saya juga berharap izin seni pertunjukan segera dimudahkan karena usaha saya sangat bergantung pada itu,” harapnya. (rhy/lis/JPC)

  • Bagikan

Exit mobile version