SEMARANG, RAKYATJATENG – Bercermin jangan hanya untuk melihat wajah secara fisik. Lebih dari itu, jadikan bercermin sebagai sarana berkomunikasi dengan diri sendiri, mengenal jiwa dam psikologi diri.
Hal itu ditekankan Ketua TP PKK Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat talkshow virtual Radio Idola dengan tema “Membangun Relasi dengan Sesama, Lingkungan, dan Tuhan”, Senin (3/5/2021).
Menurutnya, perhatian terhadap diri sendiri sangat penting.
“Agar relasi dengan orang lain bagus, harus memiliki hubungan batin dengan diri sendiri,” ungkapnya.
Kebiasaan berkomunikasi dengan diri, biasa dilakukan Atikoh. Seperti, ketika mandi di mana tubuh mendapat kesegaran, saat bercermin, maupun saat mau tidur.
Pada saat itu, dia merefleksi apa yang sudah dilakukan seharian. Dengan cara tersebut, Atikoh seolah memiliki energi untuk keesokan harinya.
“Cintai diri kita dengan menerima diri sendiri secara utuh, baik kekurangan dan kelebihannya. Karena kita tidak bisa memaksakan orang lain mencintai kita unconditional (tanpa syarat),” beber ibu satu anak ini.
Ditambahkan, keharmonisan hidup mesti dimiliki setiap manusia, sebagai makhluk individu yang mesti beriman kepada Tuhan, serta makhluk sosial yang dibutuhkan dan membutuhkan orang lain.
“Kunci utamanya adalah komunikasi. Sebagai muslim, salat dan berdoa merupakan bentuk komunikasi saya dengan Allah. Kalau tidak berkomunikasi, bagaimana kita bisa dekat dengan Sang Pencipta,” tuturnya.
Komunikasi dengan sesama pun berbeda-beda, sesuai dengan orang yang dihadapi. Dia menunjuk contoh, sebagai istri gubernur, cara berkomunikasi dengan Presiden, tentu berbeda dengan saat bersama anak, baik dari aspek bahasa verbal maupun nonverbal.
Begitu pula saat berorganisasi yang membuatnya mengolaborasikan komunikasi formal dan informal, sehingga lebih luwes.
“Kalau saya ke desa-desa, sikap dan penampilan saya juga menyesuaikan biar bisa melebur. Ini learning by doing, tapi juga harus banyak membaca dan observasi lingkungan. Banyak pelajaran, tapi yang paling penting disiplin membagi waktu sehingga di tengah keterbatasan waktu, ada keseimbangan ssbagai individu, istri, ibu, dan tanggung jawab formal lainnya,” tandas Atikoh. (*)