Sterilisasi Bantaran Rel KA, Warga Tergusur Minta Waktu

  • Bagikan
Bangunan yang berdiri di lahan bantaran rel KA Gemolong. (AHMAD KHAIRUDIN/RADAR SOLO)

SRAGEN, RAKYATJATENG – Pemilik bangunan di lahan bantaran rel kereta api Kalijambe-Sumberlawang berharap diberi waktu untuk mencari lahan baru sebelum PT KAI dan Pemkab Sragen melakukan pembongkaran. Pasalnya, mayoritas bangunan itu merupakan tempat usaha mereka.

Salah seorang pemilik bangunan di bantaran rel, Nur Hidayat, 55, mengaku menempati lokasi bantaran rel wilayah Desa Mojopuro, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sejak 35 tahun lalu. Dia memiliki kios kelontong dan satu lagi kios mainan anak-anak yang dikelola anaknya.

”Mau bongkar tapi cari lahan dulu. Kami minta waktu lebih lama lagi supaya dapat tempat baru,” tutur Nur Hidayat.

Pengusaha cucian motor di kawasan itu, Muhammad Rokhim, 40, mengaku sebenarnya tidak setuju dengan penggusuran itu. Karena ketika rapat, Pemkab Sragen terkesan hanya memutuskan secara sepihak. Terlebih bangunan miliknya dituding jadi penyebab genangan air di sekitar jalan dekat rel.

”Kalau di sekitar Kalijambe permasalahan aliran air saja. Menurut saya pas rapat cuma kesepakatan sepihak. Sedangkan Kalijambe terjadi genangan karena air dari sawah tidak ada penampungan air arusnya ke barat genangi jalan raya,” bebernya.

Dia menambahkan, air yang sampai ke jalan bukan barang baru. Sudah sejak lama ketika hujan cukup lebat bisa menggenangi jalan sampai sejengkal. Dengan kondisi seperti ini pihaknya harus mencari lokasi lain untuk usahanya. Rokhim sudah hampir tiga tahun menyewa lokasi itu.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto menegaskan, bangunan bisa dibongkar mulai Kamis (1/4) hingga akhir 2021. Ada 336 bangunan yang selayaknya tidak berada di zona tersebut.

”Mulai hari ini (kemarin,Red) bisa dibongkar, syukur-syukur sudah mulai. Sampai 31 Desember semua bangunan harus sudah bersih,” ujarnya.

Pihaknya tetap menjalankan sesuai prosedur dengan mengirim surat peringatan dan sebagainya. Kebijakan tersebut tentu bukan tanpa risiko. Disinggung mencarikan lokasi pengganti untuk para pedagang, sekda menyampaikan masih mengupayakan. Setidaknya mereka memungkinkan direlokasi di sekitar Gemolong. (rs/din/per/JPR/JPC)

  • Bagikan

Exit mobile version