Ratusan SD di Boyolali Mulai Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

  • Bagikan
LANCAR: Simulasi PTM di SDN 1 Trayu, Banyudono, pekan lalu (TRI WIDODO/RADAR SOLO)

BOYOLALI, RAKYATJATENG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah baru instruksikan simulai pembelajaran tatap muka (PTM) digelar 5 April. Itupun untuk jenjang SMP dan SMA/SMK sederajat. Namun, sekolah dasar (SD) di Boyolali sudah jalankan simulasi PTM. Tak hanya satu atau dua, tapi jumlahnya lebih dari 200 SD.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali Darmanto membenarkan data tersebut.

Menurutnya, dibukanya simulasi PTM jenjang SD, buntut tingginya permintaan dari pihak sekolah dan orang tua siswa.

“Terpenting protokol kesehatan (prokes) ketat diterapkan selama simulasi pembelajaran tatap muka. Karena kalau hanya satu atau dua kelas saja yang masuk, siswa kelas lain pasti juga ingin masuk sekolah,” terang Darmanto, dikutip dari Jawa Pos Radar Solo, Rabu (31/3).

Darmanto menambahkan, siswa yang jalani simulasi PTM mulai dari kelas I-VI.

Lalu, bagaimana penerapan prokesnya, terutama cara menghindari kerumunan? Strateginya, siswa masuk sekolah dengan sistem gelombang. Jadwalnya sudah diatur sedemikian rupa. Sehingga, per kelas hanya menjalani maksimal dua jam pelajaran.

Lalu, apakah tidak bermasalah jika guru maupun tenaga kependidikan di SD bersangkutan belum semuanya menerima vaksinasi. Sesuai aturan main dari pemprov terkait rule simulasi PTM.

“Misalnya, jika di satu sekolah hanya ada dua guru yang sudah divaksin Covid-19 dua kali. Nah, dua guru itu yang menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Kan tidak masalah kalau guru kelas I menyampaikan materi di kelas VI. Dengan begitu, seluruh siswa bisa masuk sekolah meski hanya 1-2 jam pelajaran saja,” imbuhnya.

Menurut Darmanto, interaksi antara siswa dengan guru secara luring sangat penting. Sebab tak hanya berkaitan dengan penyampaian materi pembelajaran saja. Lebih dari itu, lewat interaksi luring, guru dapat tanamkan pendidikan karakter dan budi pekerti. Yang selama ini jarang didapat selama belajar dari rumah (BDR) sistem daring.

“Guru kan juga harus tahu bagaimana kondisi siswanya. Kalau tidak tatap muka, apa bisa dilakukan?” lanjutnya.

Sementara itu, Kapala Desa (Kades) Banyuanyar, Kecamatan Ampel Komarudin sebut ada dua SD sekolah yang telah menggelar simulasi PTM di wilayahnya. Lewat simulasi ini, minimal mengobati kerinduan siswa terhadap guru dan teman-temannya.

“Anak saya kan juga SD. Dia senang sekali ketika tahu akan masuk sekolah lagi. Sampai-sampai malamnya susah tidur. Saking senang kepikiran besoknya mau sekolah,” ujarnya. (rs/wid/fer/JPR/JPC)

  • Bagikan