Dihadiri Terbatas, Pentas Wayang Pelat Komunitas Lima Gunung Sosialisasikan Vaksinasi

  • Bagikan
Sejumlah penari membawakan karya "Mawas Muwus Misesa" dalam rangkaian pementasan wayang pelat/logam dengan lakon "Pandawa Gumolong" di Studio Mendut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (14/3/2021). ANTARA/Hari Atmoko.

MAGELANG, RAKYATJATENG – Pentas wayang kontemporer berbahan pelat oleh Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dengan lakon “Pendowo Gumolong” ikut menyosialisasikan vaksinasi COVID-19 yang sedang dilakukan pemerintah guna mengatasi pandemi virus corona jenis baru itu.

Pementasan wayang pelat atau logam karya seniman petani Komunitas Lima Gunung Sujono Keron dengan dalang Sih Agung Prasetyo berlangsung di pusat aktivitas seni-budaya komunitas itu di Studio Mendut, sekitar 100 meter timur Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Minggu (14/3/2021).

Studio Mendut dikelola Sutanto, budayawan yang juga perintis terbentuk dan berkembangnya kelompok seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang lebih dari 20 tahun terakhir.

Pada pementasan lakon “Pendowo Gumolong” tersebut, dalang Sih Agung dari Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, memainkan sekitar 13 karya wayang pelat berupa gunungan, raksasa, kesatria dan panakawan.

Sekitar panggung pentas wayang kontemporer dihiasai dengan puluhan karya wayang pelat ukuran raksasa yang lainnya dan bahan-bahan lain yang menjadi koleksi Studio Mendut itu menjadi karya seni instalasi.

Pementasan diiringi tabuhan gamelan grup karawitan “Sumanggem” pimpinan Agus dari Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, di kawasan Gunung Merbabu.

Hadir dengan jumlah terbatas, dengan menerapkan protokol kesehatan, antara lain budayawan Sutanto Mendut, sejumlah pebisnis dari Magelang dan Yogyakarta, termasuk dari PT Tatalogam Lestari Group Cikarang, Bekasi, pendukung karya wayang pelat itu, serta sejumlah tokoh utama Komunitas Lima Gunung.

Lakon carangan “Pendowo Gumolong” (Pandawa Manunggal atau Bersatu) dikisahkan sang dalang sebagai upaya para penguasa pemerintahan menggalang kebersamaan dengan masyarakat yang disimbolkan panawakan, dalam mengatasi pagebluk.

Sosok yang digambarkan sebagai virus berupa para buta atau raksasa, sedangkan situasi serba sulit karena dampak pagebluk dikisahkan dalang pada babak goro-goro berupa dialog panakawan. Mereka kemudian menyimak penjelasan para kesatria Amarta (simbol pemerintah) tentang upaya mengatasi pagebluk dengan vaksinasi.

Peperangan antara para kesatria melawan raksasa, kata Sih Agung, usai pementasan, selama sekitar 1,5 jam di panggung terbuka dan artistik Studio Mendut itu, melambangkan upaya bersama-sama seluruh komponen masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi pandemi melalui vaksinasi COVID-19.

Jono Keron mengaku selama sekitar tiga bulan terakhir membuat karya kreatif berupa wayang dari bahan baku pelat. Hingga saat ini, ia sudah membuat 114 tokoh wayang dari pelat. Sebagian lainnya karya itu dipasang untuk instalasi seni salah satu tempat wisata baru di kawasan Salaman, Kabupaten Magelang.

Budayawan Sutanto Mendut mengemukakan karya wayang dari pelat itu bagian dari proses perjalanan panjang Komunitas Lima Gunung selama ini, melalui berbagai karya seni, budaya dan kekuatan desa menjaga tradisi budaya serta berkesenian.

“Ini salah satu perjalanan Komunitas Lima Gunung yang tidak diduga. Dalam kebudayaan ada super dimensi manusia, otak bekerja, ada hati dan keikhlasan. Ada belajar di alam,” katanya.

Pada kesempatan itu, ia antara lain juga mengemukakan tentang situasi terkait dengan pandemi COVID-19 dan cara masyarakat desa dan gunung di daerah itu menyikapi dengan nilai-nilai kearifan lokalnya.

Pementasan wayang “Pendowo Gumolong” juga diawali dengan sajian karya seniman Komunitas Lima Gunung Nabila Rivani berupa tarian dengan judul “Mawas Muwus Misesa”. (Antara)

  • Bagikan