Upacara Tawur Agung Jelang Nyepi Dipersingkat, Khotbah Ditiadakan

  • Bagikan
Umat Hindu di Kecamatan Ngargoyoso melaksanakan upacara Tawur Agung di Pure Tunggal Ika, Sabtu (13/3). (RUDI HARTONO/RADAR SOLO)

KARANGANYAR, RAKYATJATENG – Upacara Tawur Agung menjelang pelaksanaan Hari Raya Nyepi Saka 1943 yang jatuh pada Minggu (14/3), digelar oleh umat Hindu di wilayah Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, secara sederhana, Sabtu (13/3/2021).

Ini karena masih terjadinya pandemi dan pemberlakuan pembatasan kegiatan sosial (PPKM) mikro.

Tak seperti biasa, upacara Tawur Agung yang digelar di Pure Tunggal Ika Kecamatan Ngargoyoso dilaksanakan singkat, hari ini.

Pengurus Parisada Hindu Dhrama Indonesia (PHDI) Kecamatan Ngargoyoso Priyanto mengungkapkan, Tawur Agung kali ini terpaksa harus dibatasi. Upacara yang biasanya dilakukan dengan sambutan-sambutan dan khotbah, juga ditiadakan.

“Singkat, biasanya ada sambutan-sambutan dari pemangku dan tokoh masyarakat, serta ada khotbah, namun karena pandemi seperti ini (ditiadakan). Pelaksanaan Tawur Agung hanya melakukan doa bersama dan dilanjut kegiatan Pradaksina atau mengelilingi pure. Setelah itu, kami kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan ibadah Nyepi,” jelas Priyanto.

Setelah peringatan Nyepi, nantinya umat Hindu di sana akan kembali melaksanakan ibadah Dharma Santi di pure tersebut. Namun, sesuai intruksi pemerintah bahwa dalam pelaksanaan ibadah peringatan Nyepi harus sesuai protokol kesehatan, maka pihak pure mewajibkan umat yang akan melaksanakan Dharma Santi untuk patuh terhadap 3M.

“Dhrama Santi itu kalau di Islam seperti halal bihalal, dan kita sudah batasi serta mewanti-wanti umat Hindu yang ada di Ngargoyoso untuk tetap sesuai prokes. Sudah tidak ada salaman dan hanya kembali berdoa untuk sama-sama, memaafkan dan berdoa agar Covid-19 segera berakhir,” terangnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Pengurus PHDI Karanganyar Sumarno mengatakan, pelaksanaan Tawur Agung tidak hanya dilakukan di Ngargoyoso. Ibadah jelang Nyepi ini juga digelar di sejumlah lokasi, seperti di Pure Pamecakan, Karangpandan dan wilayah Jenawi.

“Pelaksanaannya sama, kami batasi hanya untuk umat Hindu yang ada di wilayah masing-masing. Setelah sembahyangan, kemudian Pradaksina, kemudian kembali ke rumah masing-masing. Untuk khotbah Dharmawacana ditiadakan,” ungkap Sumarno. (rs/ria/per/JPR/JPC)

  • Bagikan