Kendalikan Sampah, Pemkot Semarang Terapkan ‘Water Front City’

  • Bagikan

SEMARANG, RAKYATJATENG – DPP PDI Perjuangan (PDIP) menyebutkan, sejak 2005 hingga saat ini, Ketua Umum Megawati selalu menekankan tentang pentignya mencintai lingkungan, atau yang disebut sebagai politik hijau.

Diwakili oleh tiga generasi Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung Wibowo, dan Hasto Kristiyanto menyebutkan pemikiran Megawati mengenai politik hijau bertujuan menjaga lingkungan alam dan lingkungan hidup Indonesia.

Hal tersebut disampaikan dalam diskusi virtual bertajuk Politik Hijau PDI Perjuangan pada Sabtu (20/2/2021), yang ditayangkan secara langsung dari YouTube resmi @pdiperjuangan dan akun Facebook @pdiperjuangan.

Tak hanya itu, DPP PDIP pun mendapuk Wali Kota Semarang terpilih periode 2021-2024 Hendrar Prihadi, sebagai salah satu kader banteng yang menjalankan pesan Megawati.

Menurut Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, ancaman banjir dan rob bukan hanya disebabkan oleh kondisi alam, namun juga perilaku masyarakat dalam menjaga lingkungan. Untuk itu salah satunya yang dilakukan adalah melakukan manajemen pengelolaan dan pengendalian sampah.

Sejak 2018 hingga 2020, lanjutnya, setiap tahun volume sampah yang diolah oleh pihaknya terus meningkat. Dari 850 ton sampah per hari di 2018, kini volumenya sudah meningkat hingga 1.200 ton sampah per hari.

Adapun 62 persen dari sampah tersebut berjenis sampah organik, dan sisanya adalah nonorganik seperti plastik. Semuanya diolah di TPA Jatibarang, Semarang.

“Diprediksi jumlah sampah ini akan terus meningkat seiring peningkatan perekonomian, dan lain sebagainya,” kata Hendi.

Hendi menjelaskan untuk mengupayakan pengendalian sampah, Pemkot Semarang menerapkan kebijakan ‘Water Front City’ yang berarti menjaga agar sungai bersih dari sampah. Ia juga mengeluarkan peraturan tentang pengendalian penggunaan plastik.

Dia pun menunjukkan foto tentang perbedaan Kali Semarang sebelum dan sesudah kebijakan itu. Serta gambar masjid yang terletak di pinggir Kali Mberok, Kota Semarang, sebelum dan sesudah kebijakan itu dilaksanakan.

Sementara untuk pengelolaan sampah, Hendi menjelaskan pihaknya melakukan upaya pengolahan limbah sampah menjadi energi listrik dan gas.

Sebagian limbah juga dijadikan bata ecobrick dan aspal plastik yang dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan sejumlah proyek di kota itu. “Kami juga menggiatkan bank sampah yang tersebar di 177 kelurahan,” imbuhnya.

Bukan sekadar pengelolaan sampah, Hendi mengaku Politik Hijau Kota Semarang juga menyasar menjadi green city.

Selain mengeluarkan peraturan tentang bangunan gedung hijau, Hendi mengaku pihaknya juga mengarah ke pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (panas matahari), bayu (angin), dan hidro (air).

Hendi mengaku dirinya tak bisa melakukan semua itu tanpa dukungan dari partainya, PDIP. Ia dan kepala daerah PDIP lainnya sejak awal memang selalu diingatkan dan ditanamkan nilai berpolitik bukan sekadar memenangkan pemilihan.

“Namun bagaimana politik itu harus meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat yang salah satunya menjaga kualitas lingkungan,” tegas Hendi. (Sen)

  • Bagikan